Mohon tunggu...
Erna Manurung
Erna Manurung Mohon Tunggu... Penulis - Sedang bermukim di kampung halaman (Serang, Banten)

Senang menulis hal Ikhwal masalah-masalah kesehatan jiwa, sesekali jalan-jalan di sekitar rumah lalu melaporkannya ...

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Menjadi Caregiver yang Optimis dan Asyik bagi Pejuang Kanker

2 Juni 2021   20:04 Diperbarui: 4 Juni 2021   18:43 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Caregiver sebaiknya jangan bersikap melow di depan pasien atau penyintas kanker, karena itu akan memperparah depresi mereka. Berdasarkan pengalaman, sebagian besar pasien kanker mengalami depresi karena penyakitnya. Apabila orang-orang di sekitarnya terlihat sedih, itu akan menambah kesedihan mnereka. Oleh karena itu, performance seorang caregiver haruslah optomis, percaya diri, dan sebisa mungkin melatih emosi positifnya sampai tahap atau level damai.

Lalu bagaimana seorang caregiver atau pendamping bisa memiliki keterampilan seperti itu? Tidak merasa campur aduk seperti yang pernah saya alami?Saya meringkas diskusi hangat yang ditayangkan akun IG Televisi milik Shahnaz Haque pada tanggal 29 Mei lalu. Bersama dia ada dr. Dedyanto Henky S., M. Gizi (dr. Dedy) dan Alexander Stefan (Alex). Kalau Shahnaz Haque sebagian besar mungkin kita sudah tahu ya kiprahnya. Ia seorang presenter kondang sekaligus pemerhati dunia pendidikan anak. Dokter Dedy adalah Medical Senior Manager di salah satu perusahaan farmasi, dan Alex seorang apoteker yang kini tengah menekuni dunia makanan atau sebagai food blogger. Namun ketiganya pernah menjadi caregiver bagi orang-orang terkasih mereka. Shahnaz sendiri adalah pejuang kanker (ovarium) yang telah memotivasi banyak orang untuk tetap optimis dan bersemangat.

Ini merupakan tulisan kedua saya mengenai caregiver. Secara umum, caregiver atau pendamping adalah bagian dari support system yang menyangga kelangsungan proses penyembuhan seorang pasien. Yuk, mari kita ikuti perbincangan mereka:

Caregiver yang Optimis dan Asyik


"Coba perhatikan deh, ada berbagai macam tipe caregiver. Yang pertama, caregiver yang optimis. Mereka ini membuat orang yang sedang sakit menjadi bersemangat karena bersikap menyenangkan. Si pasien akhirnya cepat sembuh karena orang-orang di sekitarnya memberikan energi yang positif," kata Shahnaz memulai perbincangan.

"Yang kedua, tipe caregiver (CG) yang melankolis. Banyak pejuang kanker yang curhat ke saya, mereka merasa tertekan karena didampingi oleh CG yang lebih melankolis daripada dirinya. Misalnya saat didampingi untuk kemo atau terapi, si CG-nya suka ikutan nangis atau memberikan komentar-komentar yang toksik."

"Yang ketiga, tipe CG yang sebaliknya, terlalu positif atau optimis. Sering kita sebut toxic positivity. Gaya ini menurut saya terlalu berlebihan, sebab energi dia menjadi negatif bagi para pejuang kanker. Dan tyang keempat adalah caregiver yang posesif. Mereka suka melarang makan ini dan melarang makan itu kepada pasien. Akhirnya badan si pasien semakin kurus dan tampak kurang gizi. "

Dari keempat tipe tersebut, menurut Shahnaz, yang paling ideal adalah caregiver yang optimis dan bersemangat. "Namun kerap kita jumpai caregiver atau  pendamping yang melow, pesimis, dan toksik. Lalu, bagaimana agar seorang pendamping bisa tetap kuat, tidak terlihat sedih (melankolis) di depan orang sakit? Harus diakui, menyaksikan orang yang kita cintai merasa sakit tentu membuat hati sedih. Apalagi setelah membaca banyak informasi tentang kanker di internet," lanjut ibu tiga anak perempian ini.

Ia kemudian mempersilakan dr. Dedyanto untuk memberikan opininya. Menurut dr. Dedy, seorang caregiver ketika mendampingi pasien atau pejuang kanker, harus dalam kondisi mental yang sehat. Mengapa, karena dia harus memberikan motivasi kepada yang sedang sakit supaya cepat pulih. Kalau tidak, si pasien akan kesulitan memperjuangkan kesembuhannya.

"Salah satu kendala yang dialami oleh para pejuang kanker itu 'kan depresi ya? Nah, kondisi depresi si pasien akan semakin berat kalau ia dikelilingi oleh orang-orang yang sedih, murung, dan melankolis.

"Saya pernah jadi caregiver untuk mertua dan juga ayah saya. Beliau pasien gagal ginjal. Saya itu kalau di depan mereka cenderung galak. Soalnya mereka biasanya suka nggak mau makan. Sebagai caregiver kita mesti tega. Tapi tega yang positif. Saya menyuruh para pasien ini makan banyak. Kebetulan saya orang yang tidak mudah terbawa suasana. Sehari-hari saya orang yang humoris jugA. Saya sering bercerita hal-hal lucu, atau menawarkan makanan yang mereka suka. Kalau kitanya ikut melow, wah sudah deh," jelas ahli gizi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun