Saya melanjutkan perjalanan menuju ke pusat kota. Kali ini tak perlu naik ojek online, cukup naik angkutan kota dan membayar 4000 -- 5000 rupiah saja, sudah bisa.
Perpustakaan kota Serang letaknya persis di seberang kampus IAIN di Jl. Jend. Sudirman. Kantornya berada di lingkungan Dinas Dukcapil. Untunglah perpusnya buka. Semoga buku yang saya cari ada di sana.
Saya kemudian masuk tapi dengan sedikit was-was. Ruangannya kecil dan sangat tertutup, tetapi beberapa pengunjung dan petugas di loket tidak memakai masker. Alamat singgah sebentar nih, batin saya.
Oke, saya masuk ke dalam dan berkeliling mencari buku tentang Banten Lama. Oh, tidak ada. Mau tidak mau cari di internet sajalah. Di You Tube juga bisa. Kalau mau, saya bisa mencarinya di Perpustakaan Nasional. Tapi saat ini sedang tidak ada jadwal ke Jakarta.
Waktu yang hanya 20 menit saya manfaatkan untuk berkeliling ruangan. Ow, saya tergoda untuk membaca sambil lesehan. Tapi demi melihat beberapa anak muda duduk dan mengobrol dari jarak dekat tanpa masker, saya mengurungkan niat. Kapan-kapan saya datang lagi kalau ada buku atau arsip yang saya perlukan.
Eh, tapi ngomong-ngmong, barangkali mengasyikkan juga kalau di perputakaan kota seperti di Serang ini ada pojok/rak khusus berisi koleksi all about Banten. Mulai dari yang klasik sampai yang kekinian. Entah itu sejarahnya, kulinernya, karya sastra, wisata, budaya, tradisi, kain, kerajinan, dan muatan loal lainnya. Tidak harus selengkap di perpustakaan provinsi sih.
Saya pulang sambil berharap tidak lama lagi perpustaakan besar dibuka untuk umum. Tentu dengan penerapan prokes yang memadai. ***