Mohon tunggu...
ERNA HANDAYANI
ERNA HANDAYANI Mohon Tunggu... Sekretaris - Penulis

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Money

Menentukan Gaya Kepemimpinan yang Efektif

28 Agustus 2020   13:35 Diperbarui: 28 Agustus 2020   13:34 2139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dalam bidang studi leadership, terdapat banyak tipe dan gaya kepemimpinan. Leadership menjadi ilmu yang menarik dan terus berkembang. Menjadi seorang pemimpin bukan hanya bakat alam saja, tetapi hasil dari proses belajar dan pengalaman. Leadership adalah seni. Seseorang yang menjadi pemimpin yang sukses tidak dapat menerapkan satu dari sekian banyak tipe kepemimpinan. 

Seorang pemimpin harus adaptif dan fleksibel dalam proses memimpin, seperti contoh saat tertentu dapat menggunakan gaya kepemimpinan demokratis, transformasional atau bahkan otoriter atau gaya kepemimpinan lainnya. Perubahan gaya kepemimpinan harus terus berkembang dan dievaluasi dengan memperhatikan aspek lingkungan dan tuntutan kerja. Variasi gaya kepemimpinan membutuhkan kejelian seorang pemimpin untuk melihat situasi dan kondisi bawahan dan juga arus kerja organisasi. Pada saat target organisasi tinggi, kontrol pimpinan harus lebih intens terhadap bawahan, atau sebaliknya. Hal ini juga memperhatikan peta kemampuan bawahan dan situasi bawahan.

Pemimpin yang efektif berhasil membawa bawahan untuk senang hati dan sadar mengikuti dan berkorban demi organisasi (Bass, 1985 dalam Locke, et al, 1991). Dalam hal ini pimpinan efektif dapat meyakinkan bawahan pentingnya visi misi organisasi yang harus dicapai dan menjadi tujuan bersama. Pimpinan efektif dapat menggerakkan bawahan dengan menetapkan tugas, tanggung jawab masing-masing dengan tepat dan memperhitungkan bawahan berdasarkan katagori prestasi dan kecakapan. Ada jargon dalam kepemimpinan efektif 'pekerjaan selesai 50 % jika pimpinan dapat memilih orang yang tepat pada tempat yang tepat'.

Dalam hal ini perlu kecermatan dan seni tersendiri untuk menilai kemampuan dan passion bekerja bawahan. Seseorang yang bekerja sesuai passion dan memiliki kemampuan dibidang yang sesuai akan menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik.

Penghargaan yang tepat atas prestasi bawahan menjadi bagian dari kepemimpinan efektif. Motivasi bawahan perlu dijaga, salah satunya dengan memberikan feed back yang tepat. Penghargaan tidak selalu dalam ukuran materi, tetapi dapat imaterial berupa pujian, promosi, jaminan keamanan, hubungan yang baik.

Salah satu indikator umum efektivitas pemimpin adalah sejauh mana kinerja tim atau unit organisasi ditingkatkan dan pencapaian tujuan. (Gary A. Yukl, 2010). Kinerja diukur secara obyektif dengan laba atau prestasi perusahaan, sedangkan ukuran subjektifnya adalah penilaian atasan, rekan kerja dan bawahan dari pimpinan tersebut.

Menjadi pimpinan yang dicintai adalah salah satu goal dari kepemimpinan. Orang bergerak tidak karena takut atau karena 'harus'. Akan tetapi secara sukarela dan senang. Dengan senang dan sukarela, bawahan akan menikmati proses bekerja sehingga menghasilkan prestasi yang optimal.

Situasi kerja yang demikian diperlihatkan oleh perusahaan raksasa 'google'. Para developer program diberikan ikli            m bekerja yang menyenangkan. Passion bekerja dibangun seiring target dan tujuan perusahaan. Bawahan dianggap sebagai aset yang berharga untuk tercapainya tujuan perusahaan. Situasi kerja dengan filosofi "To create the happiest, most productive workplace in the world" diterapkan oleh Larry Page dan Sergey Brin sebagai pimpinan organisasi. Hasilnya google berhasil mengembangkan brand berkualitas tinggi, serta mengawali inovasi yang luar biasa. (kompas.com). Pimpinan google menggunakan gaya kepemimpinan transformatif dengan memberi ruang luar biasa kepada bawahannya. Ruang untuk penyaluran ide, gagasan dan prestasi kerja diberikan langsung kepada bawahan. Untuk dapat melakukan kepemimpinan transformatif, google memiliki orang-orang terbaik yang bekerja sesuai passion mereka.

Teori transformasional sering disebut sebagai teori-teori relasional kepemimpinan (relational theories of leadership). Teori ini berfokus pada hubungan yang terbentuk antara pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin memotivasi dan mengilhami atau menginspirasi orang dengan membantu anggota kelompok memahami potensinya untuk kemudian di transformasikan menjadi perilaku nyata dalam rangka penyelesaian tugas pokok dan fungsi dalam kebersamaan. (Aminuddin, 2017).

Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership) istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. (Bass, B.M,1998). Dengan demikian, kepemimpinan transformasional dapat bermakna pemimpin yang dapat mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Tidak semua perusahaan seberuntung google dalam mempunyai aset SDM. Banyak perusahaan yang 'terlanjur' mendapatkan karyawan yang kurang sesuai dengan posisi, baik dari sisi kemampuan maupun passion bekerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun