Duhai wajah  elok yang kurindu.       Lebih dari sewindu lalu
Pesonamu masih terpatri dalam ingatanku
Rayu geliatmu  menyeduhkan kehangatan,
Alunan dendang musisi jalanan menyajikan kenikmatan
Di sepanjang trotoar, Â umpama meja prasmanan menyuguhkan sajian aroma khas rerempahan
Tak sabarnya degub jantungku berburu dengan waktu untuk bersegara mencumbumu
Kereta kuda kakinya pun melangkah terdengar berirama, Â umpama gamelan jawa
Mata ini tak lepas terpana, maha karya seolah tak ada habisnya tercipta.
Para pelancong tah henti mengagumi
Tak heran Jika terkadang sampai jatuh hati
Disudut lain yang membuat hatiku tergetar
Kearifan lokal yang tak pernah pudar
Terus saja berkibar, menebar, memesona
Membuai pecinta khazanah budaya Jogjakarta.
Erna EkaZ
Jogjakarta, Â 22 September 2019