Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ketidakhadiran Subyek Berarti Tanpa Pusat

14 Februari 2023   15:33 Diperbarui: 17 Januari 2024   10:42 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sambo saat divonis mati di pengadilan (Sumber gambar: kompas.com)

Lingkaran-lingkaran hitam bernegosiasi dengan sang pelahap nafsu

Itulah cara ia melihat diri dari rangsangan dan penyebaran bibit-bibit amour-passion (cinta bernafsu) dengan tubuhnya. Keindahan ternyata dibalas dengan rasa sakit. Apakah Anda masih membutuhkan tata bahasa nafsu melayang-melayang di luar teks? 

Keadaan kita adalah keadaan yang menegangkan urat syaraf dan melonggarkan otot persendian. 

Keadaan ini mungkin tidak lebih dari tembok raksasa bernama presentasi (kehadiran) realitas. Kehadiran merupakan pentolan dari kemajuan.

Sejak pemikiran modern melihat keuntungan di antara kehadiran dan representasi dengan cara melepaskan semua rasa sakit dan kenikmatan. 

Lebih daripada robot berjenis kelamin dengan penampilan yang menarik; ia juga seakan-akan bernafsu.

Sebaliknya, nafsu yang tidak diketahui apa maunya lantaran kerap tidak masuk akal setelah hasrat dikebiri. Jika Anda pikir ada orang nampak ”loyo” dalam permainan. Dia mungkin kurang terpenuhi hasratnya.

Ketika seseorang melihat robot berjenis kelamin, maka ia akan menjadi gambaran akhir dari manusia. 

Sedangkan robot berjenis kelamin saja bisa melayani kehidupan, apa jadinya manusia tidak memiliki nafsu untuk menjaga eksistensinya dalam kehidupan?

Menghinggapi kembali jiwa yang lemah sampai terlempar dalam kesunyian baru (anak emas ’realitas baru’). Sementara, apa pikiran yang dibelokkan oleh nafsu bisa melahirkan prasangka. Betulkah pikiran yang tidak membuat kita berpikir terlempar ke dunia yang diketahui oleh hasrat dan kesenangan? Seperti rangsangan penciuman burung bangkai, dimana instingnya melebihi cemoohan dan pujian istimewa terhadap nalar.

Dari situlah seseorang bisa melihat dirinya: palsu atau sejati? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun