Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran dan Subyektifitas

31 Januari 2023   11:33 Diperbarui: 24 Februari 2023   19:31 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tuntutan kebenaran dan keadilan atas Harsya, mahasiswa UI meninggal karena tertabrak yang dijadikan tersangka (Sumber gambar: kompas.com)

Apa yang tidak hadir dalam kebenaran yang memungkinkan menjadi bagian tersendiri dari pengetahuan membagi subyek yang sah. Termasuk pula bentuk penguraian dilihat dari cara pandang yang berbeda oleh masing-masing orang tergantung kebenaran yang dijadikan prosedur pilihan demi meraup keuntungan melalui suatu permainan.

Boleh kita mengatakan, bahwa permainan telah dilancarkan dengan mengurangi kesalahan tanpa kebenaran. 

Atas dasar itu membuat keadaan sedikit demi sedikit akan terungkap tabir gelap yang menyelimuti obyek pengetahuan. Ia bukanlah cara untuk melihat pemikiran analitis yang dipindahkan bukti-bukti dalam struktur teknis, dari laboratoriun dan dalam laporan ilmuan sesuai pengetahuan apalagi keinginan atas kuasa sebagai rezim kebenaran yang bertangan dingin.

Ketersembunyian dan sengaja menyembunyikan kebenaran tanpa temuan menyangkut yang benar atau salah. 

Dari keketatan verifikasi dan tanpa temuan apa-apa memberi alasan mengapa pengetahuan masih memiliki prosedur-prosedur.

Sehingga kebenaran yang dikatakan oleh subyek (para pakar) mengenai bukti-bukti yang cukup bagi pengujian kebenaran. Demi alasan yang didukung oleh bukti-bukti yang cukup, jelas dan meyakinkan dijadikan dasar bagi pernyataan benar atau salah secara logis.

Dalam perkembangannya, pemikiran filosofis tidak lagi menjadi keputusan kritis yang terlanjur didakwah sebagai biang kerok lantaran menyembunyikan kebenaran. Keputusan kritis tidak harus melalui pengujian, temuan, dan verifikasi agar dinyatakan bernilai ilmiah.

Terpenting sekarang adalah bagaimana pengetahuan tidak hanya menyediakan kemampuan secara alamiah. Tetapi, ia juga mengarah pada pengetahuan disesuaikan dengan bentuk-bentuk diskursus untuk mengajukan pernyataan benar dan salah. Dalam pilihan-pilihan tersebut, seluruh pemikiran diskursif tidak mempermasalahkan penyesuaian diri atas keadaan biasa-biasa saja dimana mereka berada dengan keputusan tertentu.

Keputusan kritis dari pemikiran juga membantu mengurai apa yang menjadi kenyataan. 

Bagaimana caranya? Kita mengaitkan suatu obyek pilihan yang menghilang dalam subyek yang dibantu oleh kata-kata.

Pengaruh terhadap kenyataan tidak lagi dikaitkan pada obyek tertentu, kecuali kata-kata yang menopang kebenaran tertentu. Orang biasa mencontohkan dengan satu angka sembilan atau enam, tetapi dilihat secara berbeda-beda oleh masing-masing orang. Seseorang melihat angka enam betul-betul sebagai angka sembilan karena yang bersangkutan melihat dari sudut pandang lain. Sebaliknya, sudut pandang yang lain seseorang menyimpulkan secara logis angka sembilan sebagai angka enam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun