Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran dan Subyektifitas

31 Januari 2023   11:33 Diperbarui: 24 Februari 2023   19:31 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tuntutan kebenaran dan keadilan atas Harsya, mahasiswa UI meninggal karena tertabrak yang dijadikan tersangka (Sumber gambar: kompas.com)

Kita tidak bisa juga menggambarkan bahasa kebenaran jiak hanya di dorong kebencian atas kebenaran lantaran bersikukuh dengan prinsip keyakinan. Demikian pula selisih dari kebenaran geometris melalui kaca cermin.

Katakanlah kursi, tubuh ataupun segi empat permukaan menjaga jarak dirinya dengan nilai universal dari yang partikular dibalik hasrat, dimana asal-usul kesenangan ditemukan selama masih berada di luar representasi pikiran. 

Di situlah kita mulai berhenti berpikir, bahwa bukan permasalahan terukur atau tidak terukur, melainkan selisih ketidakstabilan subyek pengetahuan.

Akibat pilihan-pilihan dari selisih keputusan melalui obyek pengetahuan, subyektifitas tidaklah membelenggu kita.

Teks yang dimainkan seseorang dengan berbicara secara lihai pada lawannya, akhirnya tidak lebih dari momok yang membayang-bayangi identitas dan perbedaan diantara entitas alamiah.

Setelah itu, kebenaran atas kesenangan akan berubah menjadi pendaur-ulang. Dari celah pengetahuan, subyek tunggal tidak dapat dipertahankan melalui subyek kuasa dapat dipersempit menjadi bualan anonim. Karena itu, subyektifitas lenyap dalam kebenaran matematika dengan bentuk-bentuk pengoperasian atas persamaan, perkalian, pengurangan dan seterusnya.

Alur logika yang konsisten menjadi satu ketegaran akan ditemukan dalam kebenaran matematika. Dalam pengoperasiannya bertugas untuk melokalisir setiap potensi kebenaran yang terpoles sebagai kebenaran dalam struktur bahasa. Ketegaran akan kebenaran matematika ditunjukkan dengan obyek pengetahuan sejauh pernyataan benar dan salah berada diantara subyek kesenangan, dimana kebenaran muncul dan lenyap bersamanya.

Setiap kebenaran berada di luar representasi pikiran bisa ditunjukkan melalui kebenaran matematika. 

Kita masih percaya, bahwa tidak adanya jaminan bagi obyek pengetahuan yang menuntun subyek dengan prosedur-prosedur melalui angka yang pasti, nyata dan tidak ambigu.

Kata lain, kebenaran merupakan obyek yang nyata dari pengetahuan yang tidak terukur tanpa melewati diskursus tentang kegilaan pada matematika. Pembentukan kebenaran matematika tidak membuka kedok dari kebenaran. Ia justeru secara terbuka tidak menemukan ketidaktegangan dan ketidakontradiksian dari kebenaran yang diucapkan seseorang.

Celah, pinggiran dan endapan sebagai teks yang tersembunyi melalui pergerakan ganda dari kebenaran berada antara subyek yang berada di luar representasi pikiran (ekspresi) dan hasrat untuk mengetahui dalam ketidaksadaran alamiah. Seseorang berdusta bisa saja dibaca melalui ekspresi, tetapi jejak dalam hasrat batinnya berkata lain. Satu hal yang membuat kita tertawa, bahwa suara batin sejalan dengan kebenaran matematika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun