Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selingan Terorisme Agar Institusi Keagamaan Bergeming dengan Segala Fatwanya

7 Oktober 2022   10:05 Diperbarui: 18 Maret 2024   13:18 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribunnews.com via serambinews.com (Foto Askar, anggota Mujahidin Indonesia Timur)

Jadi, terorisme tidak sekedar musuh bersama yang 'nyata' dan 'imajiner', melainkan sebuah jalinan disiplin ilmiah dan disiplin filosofis yang kuat, sama kuatnya dengan akar permasalahan kemunculan terorisme. Pembentukan disiplin ilmiah dan disiplin filosofis secara utuh dan menyeluruh diharapkan semakin memperjelas bobot dari fatwa yang dilahirkan MUI. 

Fenomena terorisme bukanlah hal baru untuk dihindari, yang dihubungkan dengan teks Jean Baudrillard, The Spirit of Terrorism (2013), yang pada akhirnya menandai peristiwa pasca 9/11. Tetapi, sejauh ini, bagaimana MUI menapaki jalan berliku, terjal, dan menanjak menjadi bagian dari satu gambaran perjuangannya, yang terlacak jejak dan tanda tidak selamanya menjadi representasi pengetahuan.

Berbagai kritik dan sorotan tajam lain dimasukkan dalam evaluasi atas peta jalan MUI, yang berliku, terjal, dan mendaki. 

MUI tidak tertantang tanpa kritik, bukan ruang kosong terutama upaya penanggulangan terorisme di tanah air. 

Simfoni kehidupan tidak lagi biasanya bergema. Ia digantikan oleh ketidakmampuan kita menyusun kata-kata dan tulisan tentang pemikiran baru, yang tertuju pada ruang hidup karena perbedaan latarbelakang cara berpikir, cara wujud, dan cara kehidupan yang menantang.

Satu sisi, terorisme bukan kelengahan dan keterbelakagan pemikiran, karena sosok yang tersangka teroris bersama jaringan kelompoknya bukanlah jenis manusia yang pandir, melainkan orang yang berpikir rasional dan mengenal apa tujuan dan sasaran pergerakannya yang mereka ingin capai. 

Kehebatan untuk merancang bom, kapan, dan dimana titik ledak 'penghancuran kreatif' maupun alur pergerakan rahasia menandakan mereka sudah cukup maju dalam berpikir.

Jaringan terorisme bukanlah layaknya sarang laba-laba, yang begitu rapuh. 

Tetapi, mereka semakin tidak goyah selama imajinasi, fantasi, dan mimpi belum terkabulkan; mereka matang dengan resiko kematian yang menantinya di depan matanya sendiri.

Pada sisi lain, institusi keagamaan seperti MUI belum mampu meletakkan dirinya dalam cara berpikir 'bebas', yang ditopang oleh jaringan diskursus yang tidak terpikirkan sebelumnya, tanpa kungkungan doktrin perang. 

Sedangkan doktrin perang dan berubah menjadi imajinasi, fantasi, dan mimpi yang indah untuk menyambut masa depan kehidupan yang dinantikan oleh seorang teroris dengan jaringan kelompoknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun