Kenyataannya, tidak sedikit pihak yang ragu terhadap Taliban saat ingin bermimpi untuk berubah.
Mereka diragukan karena tidak mampu membuktikan janjinya atas apa yang telah dikatakan sebelumnya. (rfi, 19/08/2021)
Belajar dari setiap sisi pengalaman. Sisi kelam Taliban ditandai melalui kisah pembunuhan atas kelompok etnis minoritas, yang berbeda mazhab. (aljazeera.com, 13/7/2021)
Hanya karena berbeda aliran dengannya, Taliban bertindak diskriminatif dengan kelompok minoritas lain.
Kebencian sampai di ubun-ubun atas keragaman dan perbedaan keyakinan membabi-buta, yang ditandai penghancuran situs keagamaan tertentu.
Hell is‒other people, kata Sartre dan Keping Neraka, kata Buya Syafii tidak bermaksud untuk menyepelehkan manusia.
Hanya berpandangan picik dan berjiwa monster, yang tidak mampu melihat, bahwa manusia buta karena buta atas dirinya.
Buta karena disilaukan oleh kobaran api “Neraka adalah Orang Lain” atau “Keping Neraka,” yang berlindung dibelakang topeng kebenaran suci.
Bagi orang-orang yang menginginkan perubahan, interpretasi atas pemikiran agama tidak sekedar janji.
Caranya, yaitu pelibatan seluruh komponen bangsa Afganistan untuk membangun kerangka berpikir logis melalui forum kebangsaan, yang terbuka, egaliter, inklusif, dan cair.
Jembatan “Neraka adalah Orang Lain” tanpa disadari oleh Taliban, yang ia ciptakan sendiri perlu diganti dengan sebuah jembatan menuju harapan masa depan.