Pembicaraan kali ini menghindari latar belakang mengapa muncul di satu pihak yang mencoba untuk membuat film berdasarkan kecenderungan milenial.
Pikiran dan sinema tidak untuk menemukan faktor-faktor penyebab terjadinya G30S/PKI.Â
Ia mencoba untuk melacak jejak-jejak hubungan interaktif secara ringkas. Bahwa mereka bukan lagi sebagai pelaku, melainkan korban dihadapan peristiwa sejarah tragis.
Ditambah lagi, rangkaian simbol-simbol sangat berbahaya tiba-tiba membangkitkan ingatan kolektif.
Ia membuat kita bertanya-tanya sekaligus membuat strategi untuk melawannya di tengah gemuruh ruang publik terutama melalui media sosial.
Di pihak lain, ada upaya sungguh-sungguh untuk memutar kembali "film bersejarah" dengan harapan supaya mengingatkan generasi muda.
Bahwa ada suatu bahaya besar yang sedang mengintai bahkan dianggap musuh sudah di depan mata. Lengah sedikit saja, kita hancur. Mungkin begitulah dalam benak kita.Â
Kita juga disuguhi dalam pergerakan citra dengan berbagai pandangan atau pemikiran cenderung kontroversial mengenai partai politik yang  memiliki andil dalam pembentukan sejarah kelam.
Satu diantaranya, jika film tersebut dimodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan selera dan kesenangan sendiri akan terjadi pengaburan sejarah sampai pada suatu pernyataan.Â
Tatkala partai politik terlarang tersebut warisan masa lalu sesungguhnya ada proses titik balik untuk menziarahi kembali kuburan sejarahnya.
Dalam keyakinan seseorang menyatakan bahwa ia tidak bangkit lagi secara institusional. Dimana kuburannya dan siapa yang terkubur?Â