harga BBM naik.Sementara, tarif ojol belum seimbang dengan indeks biaya hidup yang tinggi di kota. Demikian pula tarif angkutan kota.
Keluh kesah warga melonjak-lonjak. Bagaimana tidak, rencana pengemudi ojek online (ojol) ingin melunasi kredit motornya. Tidak terduga,Berbagai kisah selain tukang ojol, masih ada nasib petani penggarap dengan traktor tangan, yang butuh bahan bakar minyak (BBM). Sederet rakyat kecil sama nasibnya.
Dari sahabat mengatakan: "Tidak ada sejarahnya jika kenaikan harga BBM akan turun ke harga semula." Pemerintah maju kena, mundur kena.
Satu sisi, pemerintah ingin menyejahterahkan rakyat. Negara tanpa kemiskinan.
Di sisi lain, pemerintah menghadapi spekulasi harga minyak dunia, membayar utang, dan membiayai pembangunan.
Namun, seperti magic, rakyat kecil merintih, massa mahasiswa merontah. Masyarakat akan terpuruk akibat kenaikan harga-harga BBM. Justeru massa mahasiswa, buruh, pihak lain yang menggeliat dan 'memanas' dibuatnya.
Di luar kepala mereka, dampak kenaikan harga BBM nyata dan jelas akan menimbulkan efek domino, dimana harga bahan-bahan kebutuhan pokok ikut naik.
Pernyataan sikap, bunyi spanduk, dan sejenisnya hanya satu. "Tolak kenaikan harga BBM."
Spanduk, poster, ujaran, dan lain dari aksi massa tidak berisikan tuntutan: "Kami dukung kebijakan kenaikan harga BBM."
Jadinya absurd dan naif jika ada kalangan atau kelompok yang menyuarakan dukungannya pada kebijakan yang tidak populer.
Meski ada kelompok yang mengatasnamakan "mahasiswa" mungkin telah ditumpangi oleh kepentingan tertentu.