Kami Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang dari fakultas bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2024 untuk pertama kalinya mengikuti kegiatan Kuliah Terpadu di Desa Jambuwer, yang terletak di Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, pada 30 Mei 2025.
Kegiatan ini memberikan pengalaman yang berbeda dari Pengalaman belajar sebelumnya, itu dikarenakan kami langsung terjun kelapangan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat yang berada di desa jambuwer. Di sana kami mengenali dan mendalami budaya, mitos, legenda dan cerita rakyat secara langsung yang masi depercaya sampai saat ini.
Selama kegiatan, kami berinteraksi dan berbincang hangat dengan masyarakat, tokoh adat, serta seniman lokal. Kunjungan ini menjadi jendela untuk memahami bahwa budaya lokal bukan hanya tinggal kenangan, tetapi hidup sebagai praktik nyata dalam kehidupan masyarakat Jambuwer.
Dengan terlibat langsung dalam pelestarian cerita rakyat, generasi muda juga memiliki peran penting sebagai penjaga dan penerus budaya kesenian. Inilah yang menjadikan kegiatan kuliah terpadu ini tidak hanya sebagai pembelajaran akademik, tetapi juga sebagai pengalaman membentuk kesadaran budaya.
Salah satu cerita budaya yang kami dalami secara khusus adalah tentang Tari Topeng dan Topeng Malangan. Cerita rakyat Jambuwer yang berkaitan dengan topeng Malangan menggambarkan pentingnya topeng dalam menjaga kesenian tradisional, melestarikan budaya lokal, dan membentuk identitas budaya masyarakat.
Mitos dan budaya Tari topeng Malangan memiliki ciri khas dan gaya tersendiri. Setiap karakter dari topeng itu sendiri memiliki arti dan makna seperti melambangkan sifat manusia dan situasi dalam cerita.
Kami melakukan wawancara ke Bapak Sumarsono selaku seniman masyarakat. Beliau pemilik sanggar topeng Galuh Condro Kirono. Sanggar Galuh Condro Kirono itu berdiri sekitar tahun 1982-1984. Beliau mengatakan bahwa guru pertama yang memperkenalkan topeng malangan di masyarakat Jambuer adalah Mbah Barjo, beliau wafat tahun 2022.