Mohon tunggu...
Erlyn Choirun Nisa
Erlyn Choirun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa Uin Maliki Malang. Tinggal di kota Malang asal Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar bagi Anak Usia Dini

20 Desember 2016   03:40 Diperbarui: 20 Desember 2016   05:03 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tidak suka bermain, pasti semua orang suka dengan bermain. Didalam istilah bermain memang tidak pernah mengenal umur, siapa saja boleh bermain., entah itu masih berusia usia dini, masih SD, SMP, atau SMA dan seterusnya. Dan yang terpenting dengan adanya kecanggihan teknologi yang datangnya dari manusia-manusia hebat telah mau berinovasi, membuat sebuah karya yang tidak ternilai harganya karena sebuah stimulus. Permainan-permainan yang datang melalui inovasi mereka, yang sanggup mengharumkan nama negara ini dari kemasan produk Indonesia semisal, permainan “puzzle, boneka hazel, frozen dan lain sebagainya.

Sebagai manusia memang tidak ada aturan bermain bagi siapa saja yang memerankannya, karena manusia juga membutuhkan hiburan dalam hidupnya, sehingga bermain memanglah sangat digemari dan diminati semua orang sampai saat ini.

Bermain sambil belajar dalam lingkup sosial ini masih kurang ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya dilakukan disekolah-sekolah. Sehingga pembelajaran yang selain bermanfaat bagi dirinya, juga tidak membosankan dan dapat dipraktekkan di kemudian hari pembelajaran itu oleh anak didiknya.

Dalam sekolah, belajar memang sangat diharuskan untuk manusia, karena sifat manusia yang selalu “memperbaharui” disetiap berjalannya waktu entah dari teman ataukah guru. Sehingga pengaplikasian ilmu dalam keseharian generasi penerus bangsa masa kini memang mutlak dijadikan tolak ukur untuk masa depan yang cerah, sehingga lahirlah pembelajaran yang menggambarkan bahwasannya belajar harus dilakukan sedari kecil agar besarnya jadi orang sukses dan kaya “kata orang kebanyakan”.

Namun dalam pembelajaran dalam anak usia, belajar bukanlah sesuatu yang harus dilakukan dengan teori ataupun pembelajaran yang sangat menekankan harus bisa ini itu, semisal: pembelajaran matematika atau hitung-hitungan, hafal abjad, hafal semua benda-benda disekitar dan bisa bahasa inggris, yang itu semua dilakukan melalui label “paksaan”. Karena masa golden ageatau masa emas anak ini, waktunya masih bermain.

Dalam proses pembelajaran disekolah, anak disarankan dapat belajar dengan bermain tanpa paksaan. Karena pembelajaran bagi anak usia dini yang sifatnya memaksa dapat mengakibatkan gangguan mental berfikir inovasi, berkarya, dan pastinya menjadi anak yang semangat belajarnya berkurang.

Sebagai guru juga harus pandai-pandai memberikan pembelajaran sambil bermain yang menarik juga, itu yang terpenting. Sehingga pembelajaran tersebut dapat diterima anak dengan mudah.

Banyak sekali yang sudah terjadi dalam sekolah-sekolah anak usia dini yang anak didiknya mengalami kejenuhan belajar dalam pembelajaran disekolah, yang itu dikarenakan pembelajaran yang sangat menekankan anak harus menguasai pembelajaran yang diberikan oleh guru, terutama keharusan dapat: menulis, menghitung, dan membaca. Sehingga tidak dapat dipungkiri, banyak sekali anak-anak usia dini yang merasa tidak mampu dalam menguasai pembelajaran dan merasa malu pada teman-temannya yang mungkin akhirnya menjadikan perbedaan dalam sosialnya karena faktor pembelajaran yang sangat mengharuskan apa-apa anak harus sanggup menerima materi guru yang disampaikan.

Sebagai guru harusnya lebih cerdik, kreatif, dan banyak cara dalam mendidik anak, terutama anak usia dini, usia yang dimana anak butuh sekali asupan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah diterima secara jelas ilmunya, semisalnya selain melalui bermain atau permainan yang pastinya dampaknya juga memberikan ilmu secara tidak langsung pada anak usia dini tersebut, namun ilmunya juga dapat menempel di memori ingatan anak. Dan ini lebih baik dapat dilakukan oleh guru-guru masa kini agar pembelajaran tersebut dapat diminati oleh anak-anak yang mungkin kebanyakan dalam sekolahnya mengalami masa seperti ini dan dapat bermanfaat untuk anak-anak usia dini itu.

Bermain sambil belajar anak usia dini memanglah sangat penting karena stimulus terbaik di usianya yang masih tahap “masa pencarian jati diri” ini dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangannya, selain itu juga dapat di ingat oleh anak dan dapat dipraktekkan aplikasi ilmunya anak sampai ke jenjang dewasa, dan memori terbesarnya anak adalah ketika memang masih berada pada masa ini, masa usia dini.

Tidak heran jika anak pintar ketika dewasanya, atau anak yang nakal dan banyaknya karakter yang dimiliki anak ini dapat menetap perangainya, karena itu dari gurunya saat usia dini yang memberikan stimulus pembelajaran itu saat masih usia mereka. Namun tidak semua kesalahan-kesalahan karakter itu harus guru usia dini yang bersalah dalam pemberian stimulus belajar, namun 90 % guru usia dini inilah yang berperan dalam perkembangan anak usia dini tersebut. Sehingga sangat berpengaruh sekali peran guru ini pada masa dewasa anak, entah untuk karakter, sikap, kecerdasan, cara bersosialnya dan lain lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun