Mohon tunggu...
Erlianda Dewi
Erlianda Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Seorang perempuan yang berkuliah di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pasangan jiwanya yaitu roti (ya makanan dari gandum itu). Selain tidur hobinya menonton film dan penyuka oppa korea hehe. Punya motto Tomorrow will be better karena itu selalu berharap hari esok akan lebih baik dari hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catcalling: Pujian Berkedok Pelecehan Seksual!

11 Januari 2022   20:20 Diperbarui: 11 Januari 2022   20:33 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cr. Rebecca Hendin/BuzzFeed

Setiap manusia saling memuji itu hal yang baik dan itu akan membuat orang yang dipuji menjadi senang karena pujian tersebut sebagai bentuk apresiasi. Tetapi apa yang terjadi jika lewat pujian seseorang dapat berubah menjadi marah atau perasaan yang tidak nyaman ? Hal ini bisa jadi seseorang mengalami catcalling. 

Catcalling tidak sama dengan pujian, perbedaanya yaitu Catcalling merupakan salah satu bentuk pelecehan yang sering terjadi di tempat umum oleh orang yang tak dikenal, seperti memanggil lewat siulan, sebutan atau komentar yang kurang pantas. 

Catcalling juga dapat dilakukan dengan memandang dari atas kebawah dan gesture seksual lainnya yang menyebabkan perasaan menjadi tidak nyaman, was-was hingga trauma.

Sedangkan pujian adalah tindak tutur kata untuk memberikan label kepada orang lain atau bentuk penilaian sosial, biasanya menggunakan kata yang baik seperti pada penampilan hingga sifat seseorang biasanya orang yang diberikan pujian berekspresi senang ataupun bahagia. 

Menurut Penelitian yang berjudul "Catcalling as a "Double Edge Sword": Midwestern Women, Their Experinces, and the Implications of Mens's Catcalling Behasviours", diteliti oleh Coleen O'Leary, Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan tidak pernah menganggap bahwa catcalling sebagai suatu pujian, sebaliknya para pria menganggap bahwa komentar yang mereka berikan merupakan pujian. 

Berdasarkan data yang diperoleh, perempuan-perempuan ini merasa bahwa pengalaman dan persepsi mereka mengenai catcalling diabaikan oleh laki-laki dan masyarakat karena catcalling masih dianggap sebagai suatu pujian.

Biasanya catcalling terjadi saat seseorang jalan sendiri atapun memakai barang yang menarik perhatian. Pelaku catcalling menggambarkan perilaku mereka sebagai tindakan tidak berbahaya dan menyenangkan. 

Catcalling membantu mereka untuk menghilangkan kebosanan dan mengembangkan persahabatan dengan pria lain dan keinginan eksplisit untuk membuat marah atau mempermalukan wanita dengan catcall mereka. 

Tak hanya terjadi di dunia nyata, catcalling juga terjadi di media sosial dengan menyebarkan tentang seksual, memata-matai dan mengirim komentar yang tidak pantas tentang mereka di internet akan lebih menggangu daripada disentuh, dicengkeram, atau dicubit secara langsung karena jejak digital akan terus merekam dan tidak bisa hilang.

Jika catcalling masih dianggap sebagai hal yang sepele, maka tidak untuk para korban catcalling karena dampak dari catcalling tidak bisa diangggap sebelah mata. Mereka cenderung mengalami berbagai emosi negatif dalam menanggapi dilecehkan, seperti marah, takut, jijik, rasa malu dan ketidakberdayaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun