Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Selamatkan Bumi dengan Mengurangi Sampah Plastik

20 April 2016   03:49 Diperbarui: 20 April 2016   03:59 24385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada era sekarang ini, masalah lingkungan sudah marak terjadi khususnya di Indonesia. Penyebab dari masalah lingkungan ini pun beragam. Mulai dari limbah, plastik, yang dibiarkan begitu saja tanpa ada penanganan yang baik. plastik yang notabene sangat dibutuhkan oleh masyarakat ternyata merupakan salah satu dalang pencemaran lingkungan. Plastik terbuat dari bahan yang sulit untuk diuraikan, sehingga ketika menumpuk menjadi sampah, akan menjadi penyebab dari pencemaran lingkungan.

Saat ini, sampah plastik menjadi bahan pembicaraan yang hangat. Pasalnya, Indonesia dinobatkan sebagai peyumbang sampah plastik terbesar nomor dua setelah Tiongkok. Sampah plastik tersebut bermacam – macam bentuknya, beberapa diantaranya adalah kantong plastik, botol minuman plastik, perabotan rumah tangga, hingga mainan untuk anak – anak. Plastik memang berperan penting dalam kehidupan masyarakat di dunia, khususnya di Indonesia. 

Selain bahannya yang ringan dan harganya yang murah, plastik juga mudah dibawa, tidak membebani, dan mudah ditemui di mana saja. Karena kelebihan plastik yang ringan, tahan lama dan mudah ditemukan, hampir semua makanan dan minuman dibungkus menggunakan plastik. Tidak hanya makanan, bahkan perabotan rumah tangga, mainan dan barang – barang lainnya pun juga banyak yang diproduksi menggunakan bahan plastik.

Plastik sendiri dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20. Penggunaan tersebut semakin lama semakin berkembang luas, tahun 2016 ini. Tidak hanya memiliki kelebihan, Plastik pun juga memiliki kekurangan yang hanya dilihat sebelah mata dan tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat luas karena sudah terlena dengan kelebihannya. Adanya peningkatan penggunaan plastik tidak disertai dengan kemampuan mendaur ulang membuat menumpuknya sampah plastik yang nantinya akan berakibat fatal bagi bumi. 

Pasalnya, plastik membutuhkan waktu yang lama untuk diuraikan. Terlebih, masyarakat Indonesia belum memiliki kemampuan yang lebih dalam mengolah limbah plastik yang semakin lama semakin menumpuk. Adanya sampah plastik yang berlebihan baru lah menjadi pemicu masyarakat Indonesia untuk memutar otak, mengolah sampah plastik tersebut agar menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai tinggi. Fenomena sampah plastik juga membuat masyarakat Indonesia mencari – cari pengganti plastik untuk mengurangi penumpukan sampah plastik yang menggengi sungai dan laut.

Akibat dari menumpuknya sampah plastik yang menyumbat aliran sungai menjadi salah satu pemicu banjir, khususnya di kota – kota besar, salah satunya adalah Jakarta. Banjir di Jakarta diperparah dengan adanya sampah dari masyarakat yang membuang sampah sembarangan terutama di sungai. Masyarakat sebagai manusia yang seharusnya memiliki kewajiban untuk menjaga lingkungan, kenyataanya malah mencemari hingga terlampau parah. Tidak hanya banjir, pemenasan global dan juga pemandangan tidak sedap juga sebenanrnya mengganggu.

Pantai, gunung, dan tempat – tempat lain yang difungsikan sebagai tempat wisata juga penuh dengan sampah terutama sampah plastik. Sulit mmemang untuk menyadarkan masyarakat sebagai pengunjung tempat wisata untuk membuang sampah pada tempatnya. Sampah yang dibuang disembarang tempat merusak pemandangan dan kenyamanan dari pengunjung itu sendiri. Sebenarnya di tempat – tempat wisata pun sudah dihimbau melalui tuliasn untuk menjaga kebersihan tempaat wisata. Selain itu, tempat sampah juga sudah disediakan. Namun, masyarakat atau pengunjung terlalu cuek akan lingkungan. Mereka ingin menikmati alam yang bersih, namun tidak ikut ambil andil dalam menjaga dan melestarikan tempat – tempat indah tersebut.

Contoh saja, objek wisata pantai di Gunungkidul yang dulunya bersih karena memang jarang dikunjungi, kini mulai banyak sampah – sampah berserakan di sepanjang pinggiran pantai, mulai dari kantong plastik, hingga botol – botol minuman plastik. Hal tersebut tentu saja membuat kenyamanan pengunjung terganggu. Sudah banyak masyarakat yang beraksi mengumpulkan sampah plastik di sepanjang pantai. Namun, usaha tersebut tidak dapat mengubah kebiasaan masyarakat khuusnya yang suka membuang sampah sembarangan dan acuh terhadap lingkungan.

Selain pantai, ada pula objek wisata pegunungan yang berserakan sampah plastik bungkus makanan dan minuman yang ditinggalkan begitu saja. Gunung sebagai tempat wisata untuk menghilangkan penat harus dipenuhi dengan sampah – sampah terutama sampah plastik dari pendaki yang sengaja meninggalkannya. Pupus sudah harapan para pendaki lain yang cinta lingkungan, melihat keadaan yang semakin lama semakin buruk ini. Di sini seakan – akan objek wisata seperti peribahasa habis manis sepah dibuang. Mereka hanya butuh menikmati pemandangannya saja, tanpa menyadari pentingnya kebersihan terutama di alam. Jika diteruskan begitu, alam akan menjadi tercemar dan manusia pun tidak bisa menikmati keindahannya lagi.

Himbauan berupa kata – kata yang ada di pantai dan gunung rupanya hanya dianggap sebagai angin lalu. Cueknya masyarakat yang mengakibatkan pencemaran lingkungan membuat masyarakat lain mengeluh. Banyak keluhan dari masyarakat mengenai banyaknya sampah di sungai, dan tempat – tempat wisata. Pemerintah lagi – lagi yang disalahkan. Pemerintah dinilai tidak ikut andil dan melepas tanggungjawab untuk kebersihan lingkungan. Kesalahan dalam masalah ini terdapat pada masyarakat sebagai pegunjung tempat – tempat wisata. Kesadaran kita sebagai masyarakat Indonesia sangat diperlukan, terutama pada masalah sampah.

Adanya masalah sampah plastik ini justru membuat binatang gajah ikut ambil andil dalam membantu warga membersihkan sampah plastik di sepanjang pantai Bali. Gajah sebagai binatang yang tidak punya pikiran seperti manusia ketika diajarkan hal baik, mereka cenderung akan nurut. Kita sebagai manusia yang bisa membaca mengapa tidak bisa mematuhi peraturan khususnya untuk membuang sampah pada tempatnya? Hal tersebut yang seharusnya perlu dipertanyakan. Budaya. Budaya di Indonesia tidak membentuk masyarakatnya menjadi masyarakat yang patuh. Kita tidak dididik sejak dini untuk melakukan hal – hal baik yang dianggap simpel, seperti membuang sampah pada tempatnya. Tidak ada sanksi khusus yang diberikan untuk para pembuang sampah sembarangan. Tidak adanya sanksi membuat masyarakat Indonesia terlena akan kebebasan yang diberikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun