Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tobat Setelah Kaya

20 September 2018   14:43 Diperbarui: 20 September 2018   15:14 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: wordpress.com

Seorang pejabat tinggi di sebuah kementerian sedang duduk serius. Pagi itu, ia menerima sekelompok masyarakat dari suatu daerah. Kelompok masyarakat yang juga didampingi sejumlah anggota dewan itu melaporkan kasus sengketa lahan sawit yang sudah bertahun-tahun tak selesai-selesai.

Di akhir pertemuan, dengan penuh wibawa sang pejabat meminta agar masyarakat mulai memikirkan tanaman lain selain sawit untuk ditanam. Ia juga menjelaskan secara panjang-lebar soal Hutan Tanaman Rakyat (HTR) yang sedang gencar disosialisasikan.

"Sudah terlalu banyak hutan kita tergerus oleh sawit. Sudahlah, lebih baik sekarang kita beralih ke Hutan Tanaman Rakyat. Kita tanam, misalnya durian dan lainnya. Itu juga menguntungkan," saran Pak Pejabat.

Mendengar saran itu, tiba-tiba ada yang nyeletuk. "Ya kalau Bapak enaklah. Sawitnya sudah banyak (berhektar-hektar). Kami satu batang pun belum punya," sergahnya diiringi gelak-tawa hadirin. Pak Pejabat pun ikut cengengesan.

***

Di suatu kabupaten yang cukup kaya, tersebutlah seorang pejabat tinggi yang sangat clean (bersih). Bagi dia tak ada cerita untuk korupsi, kolusi apalagi nepotisme. Tidak boleh ada yang abu-abu. Satu tambah satu ya dua. Tidak boleh jadi tiga, apalagi sebelas.

Terhadap seluruh staf yang membantunya, ia juga sangat keras dan tegas. Jangan coba-coba ada yang berani bermain di area abu-abu. "Awas kalau ada yang macam-macam, saya sikat!" tegasnya. Ancamannya ini tentu saja cukup ampuh. Walau banyak juga yang sebel dengan si Bapak.

Namanya pun menjadi harum. Ia sering menjadi pembicara pada forum-forum yang concern dengan pemerintahan yang bersih (clean government). Banyak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengapresiasinya.

Tapi tahukah Anda, ia bisa bersikap seperti itu karena ia sudah kaya-raya. Bisnisnya ada dimana-mana. Asetnya pun melimpah-limpah. Baginya menjadi pejabat hanya untuk prestise. Bahkan, sebagian gajinya pun dengan senang hati ia infaqkan untuk fakir-miskin.

Usut punya usut, kekayaan yang hari ini ia nikmati, kabarnya dulu diperoleh saat menjadi pegawai biasa. Belum punya jabatan tinggi. Saat itu ternyata ia pandai "bermain". Pengawasan belum seketat hari ini. Baginya saat itu, satu tambah satu bukan dua, tapi bisa sebelas bahkan seribu.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun