Mohon tunggu...
erisman yahya
erisman yahya Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah, maka kamu ada...

Masyarakat biasa...proletar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Siapa Peduli Candi Muara Takus

25 Agustus 2015   15:38 Diperbarui: 25 Agustus 2015   15:38 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Candi Muara Takus"][/caption]

Berbeda dengan Candi Borobudur di Magelang atau Candi Prambanan di Klaten, Candi Muara Takus di Kampar, Riau termasuk salah satu situs peninggalan sejarah yang selama ini kurang (kalau tidak boleh dikatakan tidak) mendapat perhatian.

Akibatnya, selain kurang terawat, banyak benda-benda bersejarah yang terdapat di areal candi raib atau hilang dicuri tangan-tangan tak bertanggungjawab. Bahkan, menurut pengakuan masyarakat di sekitar candi, sering orang datang pada malam hari ke areal candi hanya untuk mencuri benda-benda bersejarah. Sampai ada yang datang menggunakan truk untuk mengangkut barang-barang yang mungkin menurut masyarakat setempat tidak berharga, tapi memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi di mata para arkeolog.

Dari pengakuan masyarakat setempat, nampak ada semacam hambatan atau pertentangan psikologis bagi masyarakat ketika berbicara tentang Candi Muara Takus. Masyarakat sekitar yang mayoritas beragama Islam “berbenturan” dengan Candi Muara Takus yang identik dengan Agama Budha. Ketika ada yang peduli dengan Candi Muara Takus, ada yang menarik-narik ke urusan agama. Inilah titik persoalannya. Akhirnya, Candi Muara Takus seakan terabaikan.

Infrastruktur jalan menuju areal candi juga nampak kurang terawat. Wajar saja tingkat kunjungan masyarakat ke candi sebagai salah satu destinasi wisata di Kampar, Riau sangat rendah. Tidak ada apa-apanya dibanding kunjungan wisata ke Candi Borobudur atau Prambanan.

Mungkin kedua candi tersebut terlalu hebat dibanding Candi Muara Takus. Barangkali cukup dibandingkan dengan Candi Cangkuang di Garut, Jawa Barat. Tapi, ketika suatu hari saya berkunjung ke Candi Cangkuang, yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan Candi Muara Takus, saya justru menyaksikan begitu banyak wisatawan, khususnya wisatawan lokal yang berkunjung ke sana. Sangat kontras dengan Candi Muara Takus yang nampak sunyi-senyap.

Kini, Pemerintah Provinsi Riau nampak mulai memperhatikan Candi Muara Takus. Ini misalnya terlihat dari rencana Pemprov Riau membangun infrastruktur jalan ke areal candi. Jika jalan menuju ke candi sudah bagus, tentu animo masyarakat untuk berkunjung ke sana juga lebih tinggi.

Tapi, ada cerita lain yang menurut saya sangat menarik saat saya berkunjung ke Candi Muara Takus, baru-baru ini. Menurut pengakuan masyarakat setempat, sebenarnya masih sangat banyak candi-candi lain yang ada di kawasan tersebut, yang hingga kini masih tertimbun tanah. Sayang, candi-candi itu belum terungkap dengan jelas. Tentu perlu dana yang tidak sedikit untuk menggali situs-situs bersejarah itu.

Mungkin sebaiknya Pemerintah Pusat juga segera memberikan perhatian yang layak sebelum situs-situs itu “dicuri” pihak asing. Jamak terjadi di negeri kita, barang-barang bersejarah peninggalan masa lalu yang seharusnya dikoleksi di negeri kita, malah dikoleksi museum asing atau di luar negeri. Kalau sudah di luar negeri, tentu sulit untuk kembali ke tanah air.

Dikutip dari wikipedia.org, Candi Muara Takus adalah sebuah situs candi Budha yang terletak di di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Situs ini berjarak kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru.

Situs Candi Muara Takus dikelilingi oleh tembok berukuran 74 x 74 meter, yang terbuat dari batu putih dengan tinggi tembok ± 80 cm, di luar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer, mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir Sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat beberapa bangunan candi yang disebut dengan Candi Sulung /Tua, Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun