Mohon tunggu...
Erina Friesca Ariana
Erina Friesca Ariana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar

Sedikit tapi bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Siapa Idola Kita Sebenarnya?

4 September 2021   02:26 Diperbarui: 4 September 2021   02:34 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Idola menurut KBBI diartikan sebagai orang atau benda yang menjadi pujaan[1]. Ibaratnya idola itu ketika kita mencintai sesuatu pasti kita akan mencari-cari segala sesuatu yang kita cintai itu. Meskipun dalam hal yang mungkin sebenarnya tidak suka melakukan hal tersebut. Karena idola kita suka itu, maka kita berusaha menyukai apa yang dilakukan tersebut. 

 

Pada zaman sekarang, setiap orang yang secara tidak sadar mengidolakan-idolakan pilihan masing-masing.  Entah itu artis kalangan atas, atlet, maupun tokoh inspiratif lainnya. Banyak sumber yang dapat kita akses lebih cepat membuat kita terkadang lupa idola kita sebenarnya siapa. Karena apa yang kita lihat sebenarnya bisa kita tiru dalam sekejap mata apalagi mengenai penampilan. "Wah hebat ya dia biasa seperti itu, idaman sekali deh" batin seseorang ketika membuka media sosialnya. Rasa ingin menjadi orang lainpun muncul seketika.

 

Memilih teman juga memiliki pengaruh luar biasa dalam memilih idola kita, karena memilih teman juga bisa menimbulkan habit baik atau buruk. Masih ingat hadis berikut: Rasululah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)[2] 

 

Selain hadis di atas ada pula hadis :

 

 

"Seseorang itu beserta orang yang dicintainya pada hari Kiamat." (HR. Tirmidzi)[3]

 

Perkara idola itu memang tidak hanya di dunia namun  berlanjut ke dunia setelah tiada. Yang perlu ditanyakan adalah apakah idola kita menambah keimanan kita ataukah malah menjauhkan diri dari keimanan?. Tanyakan pada hati nurani kalian.

 

Maka dari itu alangkah baiknya jika idola kita mampu menyelamatkan kita dari terguncangnya keimanan kita hingga menyusut bahkan tidak tersisa sama sekali (Naudzubillah). Karena kita bukan sepuluh sahabat nabi yang dijamin masuk surga bukan?. Maka dari itu idola kita yakni Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa SalamYang kelak akan kita mintai syafaatnya di akhir zaman kelak. Sang idola sepanjang zaman yang patut kita teladani adalah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Salam. Mengapa demikian? Bukankan dalam Al Qur'an surat Al Ahzab ayat 21 telah mengabarkan :

 

21.

 

Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

 

Keteladanan yang sangat mengaggumkan dalam diri Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Salam seperti dikutip oleh Sir Wiliam Muir, Penulis terkenal asal Inggris yang mengatakan " Di antara sifat-sifatnya yang patut digarisbawahi dan diagungkan adalah kelembutan dan hormatnya. Dengan keduanya ia bergaul dan menegur sapa para sahabatnya yang paling rendah sekalipun. Kerendahan hati, kasih saying, kemanusiaan, tidak memetingkan diri, suka memaafkan, dan persaudaraan menyusup ke seluruh jiwanya dan rasa cinta mengikat erat semua orang yang hidup di sekelilingnya."[4].

 

Begitulah sebenarnya kisah nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Salam sangat menarik, meskipun akhir kisah orang yang berbuat jahat kepada beliau akan dimaafkan. Bahkan kalau ada yang memuji beliau maka beliau bersikap enggan dan mengatakan bahwa "Katakanlah sewajarnya atau seperti sebagian ucapan kalian. Janganlahh kalian sampai terseret oleh setan". MaaSyaaAllah, begitu rendah hati akhlak Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Salam ini. Sedangkan kita kalau dipuji terkadang malah mengatakan "Biasalah, saya gitu lho". Sungguh miris, dan sejatinya pujian itu ujian maka dari itu disunnahkan untuk membaca doa:

 

 

 "Ya Allah, jangan Engkau menghukumku disebabkan pujian yang dia ucapkan, ampunilah aku, atas kekurangan yang tidak mereka ketahui. Dan jadikan aku lebih baik dari pada penilaian yang mereka berikan untukku." (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al Mufrad o.761. Isnad hadits tersebut dinyatakan shahuh oleh Al-Albani dalam Shahih Al Adab Al-Mufrad no.585.)[5]

 

Kehadiran Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam dianggap menjadi orang nomer satu yang paling berpengaruh dalam sejarah menurut Michael H. Hart dalam tulisanya Seratus Tokoh Yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah yang dibukukan. Kisah beliau yang terlahir di zaman jahiliyah, menjadi penerang Islam sampai saat ini bisa dirasakan. Meskipun yatim sejak lahir dan kemudian enam tahun kemudian menjadi yatim piatu Tidak menyurutkan semangat Nabi Muhammad Shalallahu'Alaihi Wa Salam yang senantiasa berusaha mencari kebenaran. Hingga pada usia empat puluh tahun mendapatkan wahyu pertama yakni Surat Al Alaq ayat 1-5, dan resmi menjadi penutup para nabi.

 

Terlepas dari itu semua beliau juga tetap makan, minum, dan memiliki keturunan seperti manusia pada umumnya. Sifat kesederhadanaan yang luar biasa, bahkan ketika lapar perutnya pernah diganjal oleh batu untuk menahan rasa lapar yang luar biasa. Rumah yang terbilang jauh dari kata mewah, bahkan tidur hanya beralaskan pelepah kurma saja.  Pakaian yang digunakan juga sederhana banyak bekas jahitan tambalan pula. Sedangkan pemimpin saat ini berlomba-lomba agar pakaian paling modis, berjuta-juta harganya, paling klimis. Sungguh bertolak belakang dari kriteria pemimpin seperti Nabi Muhamad Shalallahu 'Alaihi Wa Sala,

 

Maka dari itu Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Salam merupakan idola kita. Kita boleh mengidolakan orang lain yang kita cintai. Kita boleh mengidolakan orang lain yang tidak menyukai kita. Asalkan cinta kepada Allah Azza Wa Jalla, dan kecintaan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Salam tidak pernah hilang dari dalam jiwa dan raga kita. Pembuktian cinta tersebut dilakukan melalui menaati perintah Allah Subhanau Wa Ta'Ala dan meninggalkan larangan-Nya, serta jangan lupa meniru akhlak dan perilaku Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Salam.

Referensi:

Al-Qahthani, Said bin Ali bin Wahf, dan Terjemah: Qasdi Ridwanullah. Hishnul Muslim Junior. Diedit oleh Tim Arafah Pustaka. i. Sukoharjo: PUSTAKA ARAFAH, 2021.

Hasan, Abdillah F. Betapa Rasulullah Merindukanmu. Jakarta: Kompas-Gramesia, 2013.

Kemendikbud. "KBBI DARING." https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/idola, n.d.

Mujiono, Ustadz H.Hadi. "Bersama Orang Yang Dicintai." http://www.masjid-darussalam.com/artikel/bersama-orang-yang-dicintai, n.d.

Munir, Ammar, I Pendahuluan, dan A Latar Belakang. "HADIS TARBAWI TENTANG TEMAN BERGAUL (Analisa hadis," n.d., 16--40.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun