Berbagai tanggapan yang muncul sehubungan dengan artikel "Pulse oxymetri sebagai prediktor kegawatan Corvid-19",
berikut saya rangkum sbb:
1. A, Dokter Umum di WAG
Bagus kalau punya alat oxymeter 👍. Ide sederhana, murah. Kalau punya, bisa cek sendiri waktu sehat berapa angkanya. Waktu sekarang sakit, berapa turun nya. Tapi kalau sudah turun, biasanya sudah ada gejala sesak nafas. Jadi ini hanya untuk memastikan saja. Tetap ide bagus 👍 👍
Tapi dari kasus pasien yang sempat ditolak RS Rujukan tadi menunjukkan, RS yang tidak siap. Entah kalau diberi data saturasi oksigen mereka mau terima atau tidak
Tanggapan Dr. Erik:
Terima kasih atas tanggapannya dok. Alat ini digunakan sebagai pegangan untuk masyarakat awam yang self isolation atau ODP / PDP yg belum kebagian tempat tidur di RS. Jadi jika sewaktu-waktu terjadi penurunan nilai saturasi oksigen dengan cepat, bisa langsung ke RS. Karena teorinya, penyakit flu biasa sangat jarang terjadi pneumonia kalau pun terjadi perburukan tidak secepat karena infeksi Corvid-19.
Memang benar dok, masalahnya kalau pasien memberikan data Saturasi O2, apakah akan digunakan oleh RS. Tapi daripada nggak ngapa2in dan perburukan terjadi tanpa masyarakat bisa monitor, bagaimana? Semoga semakin banyak disosialisasikan hal ini, baik oleh media maupun masyarakat awam. Hitung-hitung sebagai bentuk partisipasi masyarakat awam yang ingin memonitor sendiri dari rumah karena RS sudah penuh.
2. B, masyarakat awam di WAG
Ide yg bisa dicoba utk dibuktikan.
Jadi tiap org catat baseline normalnya. Dan cek.