Melerai ada pada cincin cincin kehidupan dengan guratan luka menyayat hati.
Sepintas melodi bercengkrama terbawa angin, tersapu badai tergilas banjir.
Lekang waktu tahu menahu akan kejadian sepanjang waktu, hingga akhir hayat berjumpa dan berjubel jadi satu.
Sebuah bingkai foto, ku acuhkan. Sepasang cinderamata, ku hibahkan.
pada lamunan poros asa yang menggantung tak terhitung dibalik cuaca murung
Semenanjung petuah terpahat dalam-dalam dalam seonggok batu.
Mundur ku sejauh mungkin layaknya angin debu terhempas angin kencang..
Enggan ku tepis, namun sengaja ku hiraukan saja.
Terserah mau berbuat bagaimana?
---
Demikian dan Salam fiksi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!