Mohon tunggu...
erika avalokita
erika avalokita Mohon Tunggu... -

suka nulis dan silat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Pilpres Begitu Menggoda?

25 Februari 2018   10:32 Diperbarui: 25 Februari 2018   21:51 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: berita168.com

Ini tahun politik untuk Pilkada. Tahun depan untuk Pilpres. Tapi genderang Pilpres sudah ditabuh jauh-jauh hari padahal Pilkada belum digelar. Kenapa ?  

Karena partai-partai yang sudah mendapat nomor urut itu harus segera menentukan presiden dan calon wakil presiden di bulan Agustus, untuk bertarung pada kontestasi di bulan April tahun depan. Ini cukup berat, karena politik tak landai ; penuh tikungan mengejutkan. Jika salah pilih di bulan Agustus, partai akan setengah mati membangkitkan elektabilitas sang calon.

Jauh-jauh hari lembaga survey sudah membuat radar soal siapa-siapa yang layak di kontestasi 2019. Jokowi sudah pasti. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa popularitas Jokowi tak terbendung, mengingat prestasinya yang memang layak dihitung selama ini.

Jokowi adalah presiden yang inspiring. Dia menekankan kembali pada pemikiran mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang mengajak rakyat untuk melihat Indonesia dengan kacamata berbeda. Khususnya soal laut. Saat itu Gus Dur membentuk Dewan Maritim Indonesia dan ada menteri khusus soal Kelautan, untuk memaksimalkan potensi laut Indonesia.

Hanya saja, presiden setelahnya (SBY) tidak menggarap dengan sungguh-sungguh sehingga laut diperlakukan bussines as ussual. Kita berlaku seperti hidup di negara kontinental ; daratan ; dimana sawah, gunung dan jalan menghiasi gambar anak-anak kita. Mindset yang sulit lepas dari benak.

Dengan cerdas, Jokowi mengubahnya. Membuat laut sangat penting seperti tulisan berhuruf besar dengan bold. Poros maritim misalnya. Ini angle berbeda untuk Indonesia; menyadarkan kepada kita bahwa laut adalah komponen penting di Nusantara. Laut itu menyatukan kita bukan pemisah. Rakyat menyadarinya, maka mulailah kita bersahabat dengan laut.

Kembali ke kontestasi politik.

Konstestasi Presiden sebenarnya menyisakan range sempit. Beredar nama-nama Prabowo, Gatot Nurmantyo, bahkan AHY dll sebagai penantang Jokowi. Boleh saja. Patut diingat menurut beberapa lembaga survey seperti SMRC, Median dan Kedai Kopi pada Oktober tahun lalu menyatakan bahwa elektabilitas Jokowi sebagai petahana belum sepenuhnya aman, yaitu di bawah 50 persen. SMRC bukan lembaga partisan. Lembaga survey dibawah Syaiful Mujani ini meski dinilai dekat dengan petahana, namun kajian-kajiannya dinilai fair dan obyektif.

Waiting for the Guest

Ini titik kritikal Jokowi. Sebagian mengartikan bahwa Jokowi perlu partner kuat untuk mengamankan elektabilitasnya. Disisi lain, kemungkinan besar Jusuf Kalla tidak lagi ikut dalam kontestasi, mungkin karena usia dan beberapa pertimbangan lain.

Sosok kuat yang seperti apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun