Bulan Ramadan identik dengan berbagai tradisi, salah satunya berburu takjil di pasar Ramadan. Momen ini menjadi kesempatan bagi banyak orang untuk menikmati beragam hidangan berbuka puasa yang menggugah selera. Namun, di balik keseruan berburu takjil, ada satu masalah besar yang sering luput dari perhatian: meningkatnya volume sampah plastik.
Setiap harinya, ribuan pembeli memenuhi pasar takjil, masing-masing membawa pulang berbagai jenis makanan dan minuman yang dikemas dalam plastik sekali pakai. Kantong kresek, styrofoam, sedotan, dan plastik pembungkus makanan berakhir di tempat sampah atau bahkan tercecer di lingkungan. Padahal, sampah plastik membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai dan berkontribusi terhadap pencemaran lingkungan yang semakin parah.
Di sinilah konsep diet sampah perlu diterapkan, terutama saat Ramadan. Diet sampah bukan hanya tentang mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, tetapi juga memilih alternatif yang lebih ramah lingkungan. Salah satu langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah membawa wadah makanan sendiri saat berbelanja takjil.
Bayangkan jika setiap orang yang datang ke pasar takjil membawa kotak makan atau tumbler sendiri. Penjual tak perlu lagi memberikan plastik tambahan, dan kita bisa mengurangi sampah dalam jumlah yang signifikan. Selain itu, membawa wadah sendiri juga lebih higienis karena kita dapat memastikan kebersihan tempat makanan yang kita gunakan.
Selain membawa wadah sendiri, ada beberapa langkah lain yang bisa diterapkan untuk mengurangi sampah plastik saat Ramadan:
1. Gunakan Tas Belanja Kain
Alih-alih menggunakan kantong kresek dari pedagang, kita bisa membawa tas kain atau tote bag sendiri untuk membawa pulang takjil. Selain lebih kuat dan tahan lama, tas kain juga bisa digunakan berulang kali.
2. Pilih Produk dengan Kemasan Ramah Lingkungan
Jika memungkinkan, pilih takjil yang dikemas dalam daun pisang atau kertas, yang lebih mudah terurai dibandingkan plastik atau styrofoam.
3. Kurangi Pembelian Berlebihan