Mohon tunggu...
Ririe aiko
Ririe aiko Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Pengajar dan Ghost Writer

Penulis Poem, Eduparenting, Trip, dan Ghost Story. Sangat Menyukai Traveling dan Dunia Literasi Contact person : erikae940@gmail.com Follow Me : Instagram : Ririe_aiko

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Ibu Tantrum Beresiko Gangguan Mental

10 Maret 2023   17:55 Diperbarui: 10 Maret 2023   18:02 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah karya seni dari pameran Gray Art

Istilah Tantrum kerapkali dihubungkan dengan sikap emosional yang biasa terjadi pada anak- anak. Tantrum terjadi karena anak-anak memiliki keterbatasan dalam mengekspresikan emosi dengan kata-kata, sehingga mereka biasanya menunjukkan emosinya dengan cara menangis kencang, mengamuk bahkan hingga melempar barang.

Meski Tantrum sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 2 tahun, namun tak menutup kemungkinan Tantrum juga bisa terjadi pada orang dewasa. Jenis tantrum pada orang dewasa dikenal dengan istilah Meltdown. Pada beberapa kasus, orang dewasa yang melakukan Tantrum bisa meluapkan amarahnya dengan perilaku agresif, seperti merusak barang, membentak, mengomel hingga melukai orang lain.

Para Pakar menganggap bahwa Tantrum pada orang dewasa merupakan perilaku yang muncul karena kurangnya kemampuan beradaptasi dengan lingkungan terhadap situasi tertentu. Saat beranjak dewasa, orang perlu mengembangkan kemampuannya untuk mengungkapkan kemarahan dengan baik, dan bukan melalui tindakan yang mengganggu. Jika kemampuan itu tidak berkembang, orang akan mudah mengalami Tantrum seperti masa kanak-kanak.

Di lihat dari gejalanya,  Tantrum pada orang dewasa cenderung dialami wanita, khususnya para Ibu yang  rentan terhadap kondisi emosi yang labil. Kelelahan dalam mengurus rumah tangga, mendidik anak, belum lagi dibarengi dengan tuntutan masalah ekonomi bisa memicu para ibu  mengalami Tantrum (Ledakan Emosi).

Gejala tantrum yang biasanya dialami para ibu beragam, mulai dari melampiaskan amarah pada si buah hati, hingga menangis dan melukai  diri. Dilansir dari theasianparent.com Tantrum pada orang dewasa bisa sangat berbahaya, sebab orang dewasa memiliki kekuataan serta pikiran yang lebih dibandingkan anak-anak.  Jika dibiarkan Tantrum pada orang dewasa bisa mengarah pada gangguan kesehatan mental yang serius seperti bipolar, depresi dan kecemasan.

Lalu bagaimana mengatasi gejala tantrum pada ibu?

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengendalikan tantrum pada ibu :

Komunikasikan dengan pasangan

Komunikasi dalam hubungan pernikahan adalah satu hal yang paling penting. Jika keduanya kesulitan membangun komunikasi, maka akan membuat rumah tangga kurang harmonis. Sebagai pasangan anda bisa mencoba memberi dukungan dengan mendengarkan keluh kesahnya. Hal apa yang dirasa memicu stress, bisa anda diskusikan bersama dan mencari solusi yang baik.

Luangkan Waktu untuk "Me Time"

Sebagai seorang ibu yang memiliki kesibukan yang seakan tiada henti dan tiada hari libur, terkadang membuat anda terbeban dalam mental. Anda terkadang kehilangan waktu untuk merawat diri sendiri.  Hal yang wajar dan manusiawi untuk meluangkan waktu sejenak "Me Time" demi menghibur diri. Setiap orang memiliki cara berbeda-beda untuk kembali mematik semangat. Ada yang pergi berlibur, berkumpul dan bercerita dengan teman-teman, ada juga yang merasa cukup bermain dengan anak-anak dirumah. Lakukanlah jika itu bisa membuat anda kembali semangat. Stop memberi anggapan negatif pada para ibu yang mencoba bahagia dengan caranya. Biarkan mereka mengisi kembali energi mentalnya dengan membahagiakan diri. Karena perasaan ibu yang bahagia bisa menjadikan seisi rumah berbahagia.

Pentingnya Kerjasama Suami Istri dalam Mendidik Anak

Ketidakkompakan pasangan suami istri mungkin adalah sesuatu yang wajar. Namun jika salah satunya terlalu banyak menuntut tentu akan membuat pasangan merasa tertekan. Apalagi tuntutan perihal mendidik anak. Sebagai pasangan perlu adanya kerjasama dalam menerapkan pola asuh anak. Karena sejatinya mendidik anak bukan hanya tugas seorang Ibu, tapi juga Ayah.

Dukungan Sekitar

Dukungan dan apresiasi dari lingkungan sekitar sebenernya sangat penting, tapi terkadang realita tidak sejalan dengan teori. Saat menerapkan pola parenting, tentu kita mengharapkan dukungan besar dari lingkungan keluarga. Tapi jika anda tidak memperolehnya, maka jadilah pribadi yang lebih kuat. Jadilah ibu yang bisa tetap kuat meski tanpa dukungan. Abaikan kontra yang seringkali terjadi di keluarga besar. Ingat bahwa setiap keluarga mempunyai ilmu parenting yang berbeda. Tak perlu memaksakan diri menerapkan pola parenting yang sama jika itu membuat mental anda down.

Kelola Manajemen Emosi

Manajemen emosional adalah kemampuan untuk mengelola emosi agar tidak mengambil alih perilaku. Banyak orang berpikir bahwa emosi tidak dapat dikendalikan karena merasa itu adalah reaksi biologis seperti rasa lapar atau sakit, kendati demikian kita bisa belajar mengekspresikan emosi dengan benar. Salah satu cara yang bisa anda lakukan adalah dengan instruksi mandiri, rubah pola pikir terkait sesuatu yang memicu kemarahan anda, tegaskan pada diri bahwa perlukah anda marah terkait hal yang terjadi? Cobalah untuk berpikir lebih tenang dan rasional saat emosi. Pikirkan dampak buruknya bagi orang-orang sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun