tulisan ini mencoba mengangkat salah satu tradisis orang manggarai, yakni barong wae dan melacak dimensi ekoteologinya.
Pengejawantahan manusia akan terjadi terjadi apabila jiwa dan badan dilibatkan sehingga berkembang secara bersamaan, ada kesamarataan.
Keterpesonaan dan keterpukauan manusia pada realitas yang menyatakan diri dengan segala fenomenanya membuat manusia terdorong untuk mencari dasar-dasar dari realitas yang ia jumpai.
Dalam tulisan ini, penulis hendak merefleksikan makna religius dari tradisi torok dalam masyarakat Manggarai.
Menyimpulkan bahwa tidak ada kaitan antara terorisme dengan agama, mungkin perlu dilihat kembali, meskipun tidak harus ditarik kembali.