Mohon tunggu...
eri fauzi rahman
eri fauzi rahman Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru di SMKN 1 Sukanagara Kabupaten Cianjur Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Humor dalam Ajaran Islam

19 Juni 2020   23:27 Diperbarui: 19 Juni 2020   23:59 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"An optimist laughs to forget; a pessimist forgets to laugh."

(Seorang optimis, tertawa untuk melupakan; seorang pesimis, lupa untuk tertawa)

-Tom Nansbury-

Apakah sekarang Anda bersama orang-orang yang bisa membuat Anda tertawa? Bersama mereka yang bisa menciptakan suasana menjadi nyaman dan berbahagia? Jika demikian Anda patut bersyukur, memiliki teman yang dianugerahi sense of humor (selera humor) yang baik.

Humor adalah sikap yang cenderung dilakukan untuk membangkitkan rasa gembira dan memicu gelak tawa. Seorang humoris memiliki kemampuan merespon, mempersepsikan dan mengekspresikan suatu kejadian dengan melihat sisi hiburan, kesenangan, tertawa, candaan dan sejenisnya. Tidak heran tingkah laku atau perkataanya dapat mengundang senyum atau gelak tawa.

Humor (heureuy;bodor;banyol dalam bahasa Sunda) bagai bumbu dalam berkomunikasi.  Disamping dapat menghibur, mencairkan suasana, menghilangkan ketegangan dan meredakan amarah, tak jarang dengan humor dapat menumbuhkan benih persahabatan.

Bagaimanakah humor dalam ajaran Islam?

Dalam Alquran surat Annajm [53] ayat 43, dijelaskan bahwa tertawa dan menangis itu adalah fitrah yang Allah SWT anugerahkan kepada manusia. Rasulullah SAW meyebutkan bahwa membuat orang lain senang dapat disebut sebagai kebajikan, ''Senyummu untuk saudaramu adalah kebajikan (sedekah).'' (HR Imam Ahmad).

Ada satu contoh kelakar Rasulullah yang sangat populer, yaitu ketika Rasulullah SAW kedatangan nenek tua yang bertanya, ''Apakah kelak ia akan masuk surga?'' Nabi pun menjawab, ''Tidak akan ada nenek-nenek di surga.'' Mendengar jawaban itu, spontan sang nenek menangis, lalu Rasulullah berkata kepadanya bahwa kelak tidak ada nenek-nenek karena semua ahli surga akan kembali belia. Demikianlah canda Rasulullah.

Sufyan bin Uyainah suatu ketika ditanya, apakah bercanda itu termasuk perbuatan tercela? Ia menjawab "tidak", bahkan termasuk sunah bagi yang dapat mengkondisikannya sesuai dengan aturan.''

Untuk menciptakan suasana humoris hendaknya seseorang menjauhi perbuatan yang keji seperti bicara kotor, berdusta, mengolok-ngolok dan merendahkan sesama hanya demi mendapatkan tawa dari orang lain. Nabi SAW bersabda, ''Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa.'' (HR Abu Dawud).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun