Mohon tunggu...
Eric Bangun
Eric Bangun Mohon Tunggu... Lainnya - Amateur Film Advisor

Most of these articles are opinions, reviews, and lists from the box office or underrated movies.

Selanjutnya

Tutup

Film

Istirahatlah Kata-Kata: Pelarian Wiji Thukul dan Rezim Takut Kata-Kata

5 Maret 2021   16:46 Diperbarui: 11 Agustus 2021   03:22 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: IMDb Istirahatlah Kata-kata

Kumpulan Momen Terfavorit (Mengandung sedikit spoiler)

Bagi saya ada beberapa momen dalam dan luar film yang disukai. Momen pertama ini sangat menarik karena sekalipun keadaan kritis (pelariannya ke Pontianak) pun Wiji tetap bertekad untuk menggulingkan Soeharto dengan kata- kata berani bernuansa puitis dan bisa menghasilkan karya sastra. Dalam film ditampilkan narasi monolog dari puisi karya Wiji sama seperti menonton teater namun tersaji di format film. 

 Momen kedua ini sangat juga penting pesannya bagi kaum mahasiswa/ pemuda  hari ini. Sebuah scene yang menampilkan kenalan kerabat Wiji yang membawakan makanan untuknya kemudian berbincang sebentar.

kerabatnya ini menyukai karya Wiji, dia menyukai salah satu bait puisi "Apa guna baca banyak buku kalau mulut kau bungkam melulu" dia merasa terenyuh atas bait tersebut dan membuatnya bimbang untuk baca banyak buku namun tidak tergerak membantu melawan penindasan, ketidakadilan, dan kesejahteraan, jadi dia memilih untuk tidak membaca buku sama sekali berdalih agar tidak merasa bersalah terhadap hal-hal itu namun reaksi Wiji Thukul mendengar; melihat itu sangatlah seram dengan tatapan matanya yang tajam membuat kerabatnya itu bergeming dan bersilat kalau itu hanya candaan. Scene itu relevan dengan masalah sekarang ini.

Sering terjadi pada mahasiswa/pemuda hari ini terkadang mereka banyak membaca namun diam akan kondisi negara dan mengumpat tak memberi solusi ideal sama sekali terkadang pula mereka yang sedikit membaca namun menyatakan aksinya hingga turun ke jalan akan meyuarakan kondisi negara yang bobrok, tak jarang dari mereka suka terbawa arus pusaran politik karena kurang prinsip dasar dari bacaan buku. 

Momen ketiga ini saya tunjukkan kepada sutradara dan penulis Yosep Anggi Noen, director of photograhpy (DOP) Bayu Prihantoro Filemon dan produser Yulia Evina Bhara yang memberi warna lain di dunia film. Saya tidak terlalu suka dengan film biopik Indonesia karena terkesan mengandalkan aktor terkenal, menggunakan CGI agar lebih terasa zaman dahulunya, dan soundtrack yang mewah agar membawa penonton merasa berada di suasana tersebut.

Namun mereka semua membuktikan bahwa tidak perlu menggunakan aktor terkenal hanya perlu seniman yang serius menjalani hasratnya dalam seni peran (Gunawan Maryanto, Rukman Rosadi, Arswendi Nasution), aktris yang juga pernah menjadi jurnalis (Marissa Anita) dan penyanyi yang juga tergerak sebagai aktivis (Melanie Subono) dll, soundtrack film yang hanya berisi suara alam keadaan set tersebut demi menghasilkan suatu karya yang bernilai tinggi. 

Momen keempat masih berkaitan dengan momen ketiga namun dari segi konteks film. Dialog di film ini tidak bertele-tele melainkan terkesan tajam membahas realitas di sana yang sangat genting dan hawa ketakutan yang sangat terasa.

Narasi beritanya,  puisi monolognya , penggunaan dialek daerah dan sedikit bahasa jawa dipakai sebagai pemanis bahwa film ini juga bernilai budaya. Segi sinematografinya yang sering menggunakan long shot angle yang membuat kita memberi tafsiran pekatnya emosi penindasan dan gambaran realitas dari bobroknya rezim yang terjadi dalam film itu.

Kemudian sorotan medium shot angle, walaupun menampilkan dekat lekuk tubuh pemain tetapi kamera tersebut tidak bergerak mengikuti pemain hanya diam tak jarang pemain seperti keluar frame kamera. Saya melihat itu sebagai nilai tambah dari esensi film ini. dan terakhir Close up angle, permainan mimik wajah Wiji Thukul di sini dimainkan apik, emosi pada wajah pemain terasa, tak hanya wiji, pemain lain juga menampilkan karakter yang diperankannya sebagai seorang yang hidup di realitas penonton.

Itulah ulasan film sedikit spoiler  yang wajib ditonton Istirahatlah Kata-Kata (2016). Gunakan waktumu sebentar untuk menonton film informatif dan berbau sejarah (salah satunya ini) supaya menambah khazanah kita. Selamat menonton di layanan streaming favoritmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun