Mohon tunggu...
Erick Mubarok
Erick Mubarok Mohon Tunggu... Petani - Penulis

Petani yang sedang belajar komunikasi | Penyuka sejarah | Penonton dagelan | Gooner dan Bobotoh

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kualitas Stabilitas Ekonomi Nasional dan Andil Pertanian

14 November 2018   14:07 Diperbarui: 14 November 2018   14:05 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ekonomi Indonesia membaik. Memang belum bisa diklaim secara keseluruhan telah stabil dan tak ada lagi kelas kemiskinan. Tapi yang tak bisa dipungkiri: arah perbaikan ekonomi Indonesia berdasarkan validitas data tersaji lebih baik.

Faktanya: Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pada awal November lalu bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III tahun 2018 berada pada angka 5,17 persen. Angka tengah di antara persentase pertumbuhan ekonomi di kuartal I dan II.

Toh, tak bergeser menurun pertumbuhan ekonomi nasional. Tetap terjaga. Tak menjadikan lahirnya kemiskinan baru. Semua masih kategori seimbang. Normal.

Patut dicermati dari sisi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III tahun 2018 adalah menyoal sisi pertanian dan pangan. Kaitannya terhadap inflasi yang terjaga dari sektor pangan. Tercatat, nilai inflasi dari bahan makanan --yang salah satunya komoditas pangan-- hanya 0,15 persen berdasarkan data BPS.

Tentu prestasi yang membanggakan. Data menyejukkan untuk aktivitas masyarakat. Dengan begitu dapat dipastikan tidak ada gejolak harga. Komoditas konsumsi bahan pangan di pasaran secara harga serta ketersediaan pasokan --jika berkaca pada data-- masih masuk kategori terjangkau. Sebabnya: pasokan pangan dari kerja produksi pertanian optimal.

Bentuk "perawatan" menjaga inflasi pangan yang dilakukan salah satunya dengan masifnya infrastruktur penunjang pertanian dibangun sehingga meminimalisir hambatan distribusi produksi pangan.

Dari catatan yang dihimpun, inflasi bahan makanan (pangan) tahun ke tahun terus menurun. Tahun 2014 tercatat nilai inflasi adalah 10,57 persen kemudian menyusut menjadi 4,93 di tahun 2015.

Lalu tahun selanjutnya (2016) kembali inflasi subsektor bahan makanan mengecil menjadi 5,69 persen. Bahkan tahun 2017 hanya 1,26 persen dan merupakan sejarah pertama kali di Tanah Air bila inflasi bahan makanan (pangan) lebih rendah dari inflasi umum yaitu 3,61 persen.

Menilik pada data tersebut, bisa disebut sektor pertanian menyumbang angka perbaikan sisi ekonomi bangsa yang signifikan. Dampak sasarannya tentu saja kepada petani yang berbasis di pedesaan.

Data BPS per September 2018 mengumumkan bahwa nilai tukar petani (NTP) sebesar 103,17. Angka itu menanjak 0,59 persen dibandingkan Agustus 2018. Namun perlu diakui, NTP per Oktober memang mengalami penurunan menjadi 103,02. Turun 0,14 persen. Tidak sampai 1 persen.

Penurunan yang tak sampai 1 persen itu bukan menjadi tolak ukur munculnya kemiskinan baru pada level masyarakat pedesaan (petani). Tapi adalah menurunnya kemampuan kualitas daya beli beberapa subsektor kebutuhan yang tak sampai jumlahnya lebih dari 1 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun