Mohon tunggu...
Eri sandi
Eri sandi Mohon Tunggu... Buruh - jawa tulen

Mahasiswa Aktif Sastra Indonesia Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semiotik "Sangkuriang" dalam Ferdinand De Sausure

10 Januari 2020   19:20 Diperbarui: 10 Januari 2020   21:28 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Abstrak

Daerah sunda amat sangat terkenal dengan dongengengnya, salah satu dongeng lagendaris iyalah sangkuriang. Tokoh sangkuriang di kenal di berbagai kalangan bukan hanya wilayah sunda saja melainkan luar jawa barat. Ferdinand De Saussur mengatakan bahwa semiotik di bagi menjadi dua bagian yaitu pertanda (signified) dan penanda (signifier) sebagai alur jalannnya cerita. Dalam cerita sangkuriang terdapat petanda siapa bapaknya, di temukan penanda di kepalanya bekas hantaman, serta bisingan warga memberi pertanda hari mulai terang.

Kata kunci: Sangkuriang, semiotic, dongeng sunda, Ferdinand De Saussur.

Abstract

Sundanese region is very very famous for its fairy tales, one of the legendary fairy tales is sangkuriang. Sangkuriang figures are known in various circles not only in Sundanese region but outside West Java. Ferdinand de Saussur said that semiotic was divided into two parts, namely signified and signifier as the plot of the story. In the sangkuriang story there is a sign of who his father is, found a marker on his head of a former blow, and the noise of the residents gives a sign that the day is beginning to clear.

Key word: Sangkuriang, semiotic, dongen sunda, Ferdinand De Saussure

 

1. Pendahuluan

   1.1  Latar belakang

            Dalam drama banyak sekali menuai penanda dan petanda yang di kemukaan Ferdinand De Saussur. Dimana letak semiotik dalam drama       sangkuriang menuai sangat menarik untuk di teliti menggunakan semiotik. Simbol yang muncul kurang begitu di pahami dan tidak begitu namapak dengan  ilmu semiotik walupun sebagian orang awam hanya mengerti ceritanya melainkan maknanya. Maka dari itu penulis untuk mengulik isi cerita sangkuriang dengan metode ilmu semiotic. Drama sendiri merupakan genre (jenis) sastra yang menggambarkan gerak kehidupan manusia. Istilah untuk drama di masa penjajahan Belanda di Indonesia disebut tonil itu. Tonil kemudian diganti dengan istilah-play yang dikembangkan oleh PKG Mangku VII. Drama berasal dari kode dalam bahasa Jawa dan wara. Sandi berarti rahasia, sementara wara (warah) berarti mengajar. Maka istilah menyiratkan ajaran teater yang dilakukan oleh simbol.

   1.2 Kajian teori Semiotik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun