Mohon tunggu...
Erenzh Pulalo
Erenzh Pulalo Mohon Tunggu... Musisi - Memanfaatkan Waktu untuk Menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Manfaat waktu untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terima Kasih Sudah Mendidik Cenderawasih Kecilku

19 Januari 2022   12:32 Diperbarui: 19 Januari 2022   14:04 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Guru kontrak Rofina Manggung saat mengawasi siswa SD YPPK St.Paulus Yibin Belajar di kelas/Sumber: Dokumen Pribadi

Apakah guru - guru kontrak harus bertahan dari ancaman seperti kisah diatas ? Sungguh menyakitkan. Hanya boleh berkata selamat jalan pahlawan dan penerang bagi buta huruf di Papua.

Banyak guru di daerah pedalaman banyak diintimidasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Mereka tidak bersyukur ada pembawa minyak agar pelita pendidikan di Papua dapat menyala dan kian hari makin terang.

Guru - guru kontrak mempunyai batas kerja, semua sudah dibatasi oleh masing-masing Pemda. Ada yang dikontrak dua tahun, ada yang 3 tahun dan seterusnya. Jika habis kontraknya maka guru tersebut akan meninggalkan kenangan indah di tempat ia mengajar.

Pemerintah Papua, jika ingin pendidikan di Papua maju dan dapat bersaing dengan pendidikan diluar Papua, harus tahan guru - guru kontrak tersebut dan berikan mereka sebuah penghargaan agar mereka betah dan bertahan ditempat ngajarnya dengan memberikan kepastian masa depannya. Agar ia tidak pulang dan semakin betah di Papua.

Sesuai fakta lapangan, terkhusus sekolah - sekolah di kampung - kampung bahkan yang di daerah terpencil, hanya ada 1 orang guru PNS bahkan ada yang tidak ada sama sekali. Sisanya guru - guru bantu yang hanya tamatan SMP dan SMA. Karena guru - guru PNS lebih suka mengajar di kota dibandingkan di kampung - kampung.

img-20211206-082111-61e79c2b80a65a56a95448f3.jpg
img-20211206-082111-61e79c2b80a65a56a95448f3.jpg

Foto: Guru Honorer Melkianus Samon saat mengajar di SD YPK Youlimsari Wamho/Sumber: Dokumen Pribadi


Guru - guru PNS pun tidak betah dan tidak menjalankan tugas dan tanggungjawab dengan benar, sehingga kedatangan guru - guru kontrak sangat membantu bahkan menjadi guru juga buat mereka agar mereka menimba ilmu dan pengalaman.

Banyak pengalaman aneh dan lucu yang didapatkan oleh guru - guru kontrak. Seperti saat diluar Papua hidup diperkotaan yang sangat melimpah dengan segala sesuatu namun datang ke Papua kaget melihat kebudayaan Papua yang hanya gunakan koteka, atau rumahnya bersama orangtuanya yang mewah tetapi datang ke Papua lantainya hanya beralaskan rumput. Di kota makan tiap hari nasi dan roti tetapi datang ke Papua harus makan sagu dan ubi. Saat di kota besar ke sekolah naik mobil bahkan motor, tetapi datang ke Papua pergi mengajar harus jalan kaki berkilo - kilo, menyebrangi sungai bahkan harus jalan  di atas lumpur yang sangat tidak disukai oleh anak - anak perkotaan tetapi mereka tetap menjalaninya, bahkan  yang lebih ngeri ada masalah di sekolah bukannya orangtua datang bicara baik - baik tetapi selalu membawa alat tajam seperti busur, parang untuk menerkam guru padahal masalahnya bisa diatasi dengan baik, dan masih banyak lagi kisah di sekolah Papua, dan itulah Papua, jika ditemukan seperti itu, itulah warna - warni kehidupan Papua.

Masyarakat Papua tidak mempunyai harta benda karena sudah diambil orang, itu sebabnya hanya doa yang dapat dipanjatkan agar Kaka - Kaka guru yang sudah mengabdi di Tanah Perjanjian ini akan selalu diberkati oleh Tuhan Yesus. Terima kasih sudah mendidik adik - adik cenderawasih kecilku.

Salah satu revolusi di sekolah pedalaman Papua, di SDN Pasir Putih kabupaten Mappi.
Like, subscribe dan sebarkan yaa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun