"Dua medali emas didapat dengan keringat dan air mata. Gunung - gunung dilepas dengan tertawa, ucap Abdur Arsyad lewat postingan twitter-nya @abdurarsyad.
Indonesia mempunyai emas yang melimpah terlebih di timur Indonesia yang memiliki sumberdaya alam yang tidak bisa terhitung jumlahnya namun dilepas dengan cuma - cuma, kata kasarnya memberikan kepada pihak asing secara gratis sedangkan masyarakat yang memiliki emas tersebut hanya bisa menangis karena kelaparan, karena haus, karena anak - anak mereka tidak bisa sekolah, bahkan harga kesehatan yang sudah melampaui batas, hidup mereka hanya dipondok - pondok bahkan karena terlalu dingin mereka hanya menutupi tubuh dengan debu dan air mata hingga terlelap dalam mimpi bahwa kita kaya namun telah diambil dan di kuras oleh bangsa asing.
Yang jadi pertanyaannya, sampai kapan kita memberikan emas secara cuma - cuma kepada mereka yang telah menjadikaan kita bonekanya ? Sampai kapan kita memberikan sedangkan kemiskinan, kemelaratan, pengangguran dan utang luar negeri masih menghantui kita ? Padahal jika emas yang diberikan kepada pihak asing jika kita pakai sendiri bisa dikatakan kita hidup lebih layang dan lebih baik lagi dari keadaan seperti ini.
Emas yang diambil sudah habis, tetapi kemiskinan, kemelaratan, pengangguran dan utang luar negeri terus bertambah. Ini salah siapa ? Tidak mungkin kita bertanya kepada rumput yang bergoyang untuk menjawab semua arti ini. Kita anak - anak negeri hanya bisa berdoa agar suatu saat kita bisa terlepas dari bayang - bayang bangsa asing dan kita bisa hidup mandiri dan sejahtera.