Mohon tunggu...
Erenzh Pulalo
Erenzh Pulalo Mohon Tunggu... Guru - Akun Baru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mencoba Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lewat Tragedi Kanjuruhan, Suporter Indonesia Perlu Pelajari Hal Ini dari Papua

7 Oktober 2022   12:01 Diperbarui: 7 Oktober 2022   12:56 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://malang.viva.co.id/

Fanatiksme supporter Indonesia tak bisa diragukan lagi. Bahkan supporter Indonesia lebih baik di level internasional dibandingkan skuad timnasnya.

Tragedi  Kanjuruhan tahun 2022 menjadi history bagi dunia bahwa suporter Indonesia wajib diantisipasi dibandingkan timnasnya.

Kala timnas Indonesia sedang bagus-bagusnya ditangan pelatih Shin Tae-yong namun kini akan meredup kembali ke jamannya diatas lapangan Indonesia lebih dijagokan dibandingkan Guam, namun di rangking FIFA masih kala jauh poinnya dari Guam. Hal ini tentu berujung pada sangsi FIFA yang bakal diterima oleh Indonesia.

Tragedi Kanjuruhan menjadi masalah serius. Tragedi yang berawal pada laga Arema kontra Persebaya pada 1 Oktober ini yang berkesudahan 3-2 untuk tim tamu Baju Ijo, julukan Persebaya ini berujung bentrok yang merenggut 131 orang supporter dan cedera 232 orang.

Tragedi yang yang berawal kala supporter Arema yang menyerbu masuk ke lapangan karena tidak menerima kekalahan tim kesayangannya dan diselingi oleh tembakan gas air mata oleh beberapa oknum keamanan membuat Indonesia berduka.

Haruskah ada nyawa yang melayang pada setiap pertandingan sepak bola nasional. ? Tragedi ini dapat disimpulkan bahwa kelemahan akan pemahaman para supporter Indonesia perlu dikuatkan. Sepak bola hanyalah olahraga dan hiburan bukan dimaknai sebagai medan perang. Kata fanatik boleh saja ada pada mulut supporter namun disertai oleh ada kesadaran bahwa mencintai sesama kaum perlu dijaga.

Tragedi Kanjuruhan menjadi tragedi kita semua, Duka kota Malang duka kita Indonesia. Lewat tragedi ini menjadi pelajaran untuk tidak diulangi lagi.

Suporter klub-klub Indonesia boleh terlihat fanatik tetapi coba perhatikan suporter asal Papua, yang merasa sepak bola adalah olahraganya bahkan dijuluki tim Samba Indonesia dengan memiliki suporter yang sangat fanatik, bahkan masyarakat Papua berbicara sepak bola seperti berbicara kehidupannya sehari-hari, tetapi tidak ada perkelahian hingga hilangnya nyawa.

Coba kita melihat kembali pada pertemuan derby Papua seperti Persipura Jayapura vs Persiwa Wamena, atau PSBS Biak vs Persewar Waropen. Adakah korban jiwa? Saling berteriak dan memaki itu hal biasa supporter di Papua namun tidak perkelahian hingga hilangnya korban jiwa.

Catatan ini dapat menunjukkan bahwa suporter boleh fanatik tetapi tidak untuk menghilangkan nyawa orang, mari lihat dari supporter fanatik di Papua yang sangat menghargai sesama. Kata keterbelakangan itu kata biasa untuk masyarakat Papua tetapi rasa memiliki dan menghargai antar sesama perlu dicontohi dari suporter Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun