Mohon tunggu...
Rahmad Widada
Rahmad Widada Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, penyunting buku. Publikasi: 1. Saussure untuk Sastra (metode kritik sastra). 2. Gadis-gadis Amangkurat (novel) 3. Jangan Kautulis Obituari Cinta (novel). 4. Guru Patriot: Biografi Ki Sarmidi Mangunsarkoro.

Selanjutnya

Tutup

Pulih Bersama

Resep Selamat Menghadapi Pandemi dari Abad Pertengahan

6 Oktober 2022   18:19 Diperbarui: 9 Oktober 2022   16:45 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua setengah tahun sudah dunia dilanda pandemi Covid 19. Kini keadaan sudah lebih baik meskipun kita belum sepenuhnya bebas dari Covid 19 yang mematikan. Hal ini tentu saja tidak lepas dari keberhasilan para ahli membuat vaksin Covid 19 dan disusul dengan penggunaannya. Tercatat hingga September 2022 sebanyak 68% populasi dunia telah mendapat vaksin Covid 19 (https://ourworldindata.org/covid-vaccinations). Capaian ini menggembirakan.

Namun, belum lagi dunia dapat bernapas lega, muncul kasus berjangkitnya cacar monyet atau monkeypox. Centers for Disease Control and Prevention (https://www.cdc.gov) melaporkan adanya 61.282 kasus cacar monyet di 104 negara. Dunia khawatir cacar monyet kelak juga membesar dan menjadi pandemi jika tidak ditangani secara cepat dan tepat. 

Kiranya wabah atau berjangkitnya penyakit menular dalam skala luas, bahkan global (pandemi), merupakan kejadian yang tidak asing dalam sejarah umat manusia. Pes, kolera, flu spanyol, flu asia, flu hongkong, flu babi, SARS, ebola, HIV/AIDS adalah sejumlah penyakit yang pernah menjadi pandemi. Di Indonesia, sejak zaman Hindia Belanda sampai sekarang, pernah terjadi banyak wabah, misalnya pes, malaria, cacar, kolera, flu spanyol, demam berdarah, SARS, flu burung, dan flu babi.

 

Pandemi Terdahsyat

Di antara banyak wabah tesebut, sebelum abad ke-20, wabah pes dengan berbagai variannya merupakan wabah yang terdahysat keganasannya. Sumber penyebab pes adalah baksil Yersina pestis. Perwujudannya  ada tiga macam yaitu pes bubo, pneumonia, dan septikemia.

Pes bubo terjadi jika yang diserang adalah sistem imun. Penderitanya akan mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di pangkal paha, ketiak, atau leher. Pes pneumonia terjadi jika yang diserang adalah saluran pernapasan. Adapun pes septikemia terjadi jika yang diserang adalah darah dan sistem pencernaan. Serangan yang paling ringan adalah pes bubo, tetapi ketiga-tiganya mematikan.

Wabah pes pernah melanda kekaisaran Byzantium pada tahun 541-542. Bencana ini diperkirakan telah menewaskan 30-50 juta manusia. Lalu pada tahun 1346-1353 terjadi pandemi pes yang dikenal sebagai Wabah Maut Hitam atau Black Death (2201 Fascinating Facts, David Louis, Penerbit Crown Publisher, 1983). Pandemi ini menghancurkan tiga benua: Asia, Afrika, dan Eropa dan menewaskan sekitar 25 juta manusia.

Pengaruh wabah pes begitu besar dan dahsyat bagi umat manusia. Oleh karena itu, filsuf dan sastrawan besar Albert Camus sampai-sampai melahirkan sebuah novel monumental yang secara khusus mengangkat tentang wabah ini pada tahun 1947. Judulnya adalah La Peste yang telah diterjemahkan oleh N.H. Dini sebagai Sampar. Harus disyukuri bahwa seiring dengan kemajuan di bidang kesehatan dan meningkatnya sanitasi, penyakit pes kini bisa dikatakan telah hilang.

Seratus Cerita Melawan Pandemi

Terkait dengan pandemi ini, Giovanni Boccaccio, sastrawan Italia (1313-375), mengambil sisi lain untuk diceritakan, yakni tentang bagaimana orang-orang berusaha selamat dari pandemi. Karyanya itu berjudul Decameron, sebuah novel berbingkai yang ditulis setelah Wabah Maut Hitam melanda Eropa. Decameron menceritakan usaha sekelompok anak muda menyelamatkan diri dari wabah maut yang telah melanda kota mereka, Florentina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pulih Bersama Selengkapnya
Lihat Pulih Bersama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun