Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tersentak Kumendengar Rintik Hujan di Luar

19 Desember 2019   05:56 Diperbarui: 19 Desember 2019   05:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Sebuah noktah hitam kau lihat. Jangan kau sadari perlahan menghampirimu. Selanjutnya berada dari kejauhan. Bersaing dengan perputaran bumi. Pada waktu tiba saatnya jelas nyata bagimu. Akibat titik kecil merupakan lingkaran. Hebat besar dapat menelan dirimu. Melangit terbang tinggi ke angkasa. Kambang mencoba merangkai awan. Paling indah mengisi kehampaan sunyi. Menggambar langit biru dengan jiwaku. Semangat mengusik keheningan senyap. Terlihat meninggalkan kota kelahiranku.

Sekelap mata singgah dikotamu atas ijinmu. Menggodaku hingga larut mendesak. Terlena lalu aku masuk keperaduan. Perlu kututup semua pintu jiwa. Berbaring sendiri di atas tilam putih. Tersentak kumendengar rintik hujan di luar. Semutpun datang menerpa lubuk hati. Ternyata bintangku sirna telah kembali. Meski samar kulihat sinarmu. Bilangan menembus mega putih di langit biru. Tergelincir secara tak pasti maju mundur tiada henti. Bersalin kecemasan hati menimbulkan pertanyaan. Apa pun hidup ini penanggalan selalu bisu.

(Pondok Petir, 27 Nopember 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun