Puisi : Edy Priyatna
Kemarin dulu aku mengenangmu. Terkenang ketika aku salah dan lari dari rumah. Hamba dimarahi karena telah merebut makanan adikku. Sesudah itu ternyata engkau segera mencariku. Tak ingin kehilangan selalu menangis menderita. Seputar kami merasakan semua getaran. Denyut jantung bernyanyi indah. Bagi setiap mimpi nan merayap. Serta saat sinar bergerak perlahan mengukir jiwaku.
Anda adalah bulan selalu menerangi ruang jiwaku. Tekanan nafasmu adalah jiwa diriku. Keletihanmu tak pernah tergambar diwajahmu. Sebenarnya langkahmu tak pernah berhenti. Perjalanan hidup setiap saat selalu merangkai kata bijak. Terus menerus berdoa demi keselamatanku. Berkhayal berlari mengejar bintang. Meminta agar buah hati menjadi mutu. Selamat aman bahwa telah diajarkan anaknya.
Tentang keadilan dan kasih sayang. Niscaya takkan dapat tidur nyenyak. Manakala adikku gelisah karena lapar. Hanya ketabahannya telah mengubah rasa. Masakan apapun nan disajikan pasti akan menjadi nikmat. Sebatas kini aku merasakan semua getaran. Rindu dalam pelukan hangatmu sentuhan kasih sayangmu. Tak pernah hilang sepanjang masa. Bunga setiap saat tumbuh di ladang jantungku.
(Pondok Petir, 23 Nopember 2019)