Puisi : Edy Priyatna
Bersedih bagaikan mayat tanpa rumah. Ketika saat berlari takut disetubuhi. Terbaring panjangpun tak berani ditunggu. Kehausan bagai api selalu menyala. Datang udara alam jingga meredup.
Atas nama matahari mulai tenggelam. Waktu tidur masih tergambar warnanya. Siap keadaannya kita mengenal lemah. Betapa bukan larut dalam kekalahan. Ada saatnya kita memahami kuat.
Senjapun tiba tiada rembulan. Mendarat bersama senja diujung petang. Lembut membiru ditutup mega hitam. Potongan sebuah nikmat perubahan alam. Aneh jadi kepentingan duduk terdiam.Â
(Pondok Petir, 19 Nopember 2019)