Puisi : Edy Priyatna
Menyebut lantai dingin dipanggung besar. Hebat sebuah gedung pertunjukan. Senyampang deretan depan bangku penonton. Pemirsa namun jika aku telah berpadu. Membeku bagaikan cerita sandiwara drama. Karya sastra puisi mengalir dari mulutmu. Sejak usia muda hingga beranjak menua. Menderita sedihku bukan untuk ibu pertiwiku.
Menarik langkah tak pernah peduli. Sedangkan lingkungan selalu bersih. Bening tukang sampah tetap tidak berubah. Anjak namun negeriku semakin tergadai. Petaruh menjadi rebutan dalam bursa. Kuasa pemimpin lalu jadi boneka. Etalase kapitalis setelah musibah datang melanda. Apalagi berpikir menjanjikan lahan pendanaan.
(Pondok Petir, 03 Nopember 2019)