Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bumi dan Mentari Melukiskan Fajar

21 September 2019   10:41 Diperbarui: 21 September 2019   10:47 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: medium.com/@jeffboss9

Puisi : Edy Priyatna

Mambang kuning menatap dengan wajah sendu. Air hujan turun mengisi kebisuan. Terbatas agak sedikit cahaya bagimu gelap. Pagi buta kembali mengantarkan aku pulang. Dunia begitu cepat selamat tinggal sahabat. Teman kita bertemu lagi di lain waktu. Hamba jangan bersedih untuk selamanya. Waktu tak dapat cekal menghentikan.

Senja malam menyongsong menanti batas. Tenggat menyambut bintang cahaya terang. Nyanyian suara malam menggema senyap. Hasratkan keinginan hati aliran udara. Selembubu bayupun menghembus dan meniup. Menyebar cinta merasuk sukma luka. Bersembunyi dibalik jendela tangan kosong. Kemudian melangkah lagi tanpa berpaling.

Begitu kuterjaga sayup terdengar suara. Deru bisikan asa bahwa kita mesti rute. Senja petang batas angan kita gerak. Langkah berhenti menikmati berputarnya. Bumi dan mentari melukiskan fajar. Sangkat hingga menerbitkan burit senja. Magrib mensyukuri bersinarnya rembulan. Kartika gelap menerangkan sukma.

(Pondok Petir, 06 September 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun