Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Membangkitkan Daya Hidup Bianglalaku

17 Juli 2019   07:35 Diperbarui: 17 Juli 2019   08:45 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Membentuk yakni harapan paham. Sewaktu luruh di dedaunan kalbu. Jaminan cagar di lindungan rindu. Selama tiap detik waktu. Mendatangi batas waktu rinduku. Atas nama ramahnya bekerja. Kendati hanyalah makhluk kecil nan hina. Hanya senyum seringai tak pernah palsu. Meskipun bukan data susila.

Sebaliknya pernahlah ini hanyalah sajak. Jangan lagi tanggap risau resah. Kemungkinan menyapa berbisik. Serupa kami telah terukir. Menderita masih tetap terawat. Sama dengan lihat atau tatapmu. Kancing peniti gerimis menghujani. Sisir ratap nan pengap itu seketika. Harap kehilangan batas waktu.

Subuh buta terlihat sangat cemerlang. Embunnya menguap pancarkan terang. Cabut datang begitu kilat tiba. Sebangun terang mentari terbang. Penaka gelap nan telah sirna. Kisah cerita biarkanlah aku. Melewati arung dibalik sunyi. Kemudian sesudah aku mengenangmu. Membangkitkan daya hidup bianglalaku.

(Pondok Petir, 02 Juli 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun