Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Berikut Puisi-puisi itu Mengalir Deras

5 April 2019   14:30 Diperbarui: 5 April 2019   14:36 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.shutterstock.com 

Selama anak buah orang berteriak. Dari percakapan nan menjawab. Setiap adegan dialog panjang. Boromg  menari ikuti irama di atas pentas. Momen ini akhirnya aku hanya menurutmu. Bisa jadi apa jadinya hati ini. Kurasakan selalu gempa kalbuku. Bukan mengerti mengapa kerap terjadi.

Selamanya tak berdaya namun. Terus sadar adanya pengorbanan. Acap selalu sangat bahagia. Suka ingin ini tetap berlaku. Berikut puisi-puisi itu mengalir deras. Sepantun angin mendesir nan menusuk jiwa. Memusnahkan api nan berkobar. Dari kedua belah pukulanmu.

(Pondok Petir, 29 Maret 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun