Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menunda Turunnya Hujan

17 Februari 2019   09:56 Diperbarui: 17 Februari 2019   09:58 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Imbauan mampir di ruang diri. Padahal kematian bukan sekedar kepindahan. Tertahan di telan prahara. Ibarat asa tertandu di kelopak mata. Terlihat wajahmu berona putih. Ranum bercahaya indah. Subuh terlihat sangat cerah. Membangunkan jiwa pelangiku.

Terang datang begitu pesat. Serupa terang mentari melayang. Menembus batas rinduku. Tanah sejuk karena kerukunan. Menciptakan kebersamaan nan indah. Dalam perlindungan pada setiap waktu. Menuju masa depan dengan keihklasan. Senja masih tetap terjaga.

Penaka gelap nan telah sirna. Menghilang di balik rembulanku. Barangkali sebagian diriku. Akan tetap berdiam di sini. Patera tak bersuara. Ketika datang hampa udara. Menunda turunnya hujan. Kendati agar lembar goresan beku.

(Pondok Petir, 12 Pebruari 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun