Mohon tunggu...
Edy Priyatna
Edy Priyatna Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Kata yang indah adalah keluar dari mulut manismu............... Buku GEMPA, SINGGAH KE DESA RANGKAT, BUKU PERTAMA DI DESA RANGKAT.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sekarang Telah Hilang Satu Demi Satu

5 Februari 2019   09:52 Diperbarui: 5 Februari 2019   10:57 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi : Edy Priyatna

Demi saat bertemu kita masih terasa asing. Tak ada rasa selain dukaku melangkah di jalan itu. Bulat polos tidak terselubung. Bergerak lemah sedih seperti gagal. Kami hanya ingat ketuhanan maha esa. Walaupun banyak perbedaan. Ingat sedikit kemanusiaan. Kendati masih belum adil dan beradab. Awak juga ingat persatuan.

Berdiam diri dalam kekecewaan. Membelenggu diri telah bergulat keras. Pada desa negeriku ini akan ku bangun rumah. Di semai dari banyak pohon hingga tumbuh bunga indah. Sepotong senyum perih di tanam. Dari kabar orang di sawah. Sungai kerontang kelam menghitam. Tubuh menggigil penuh rasa takut. Langit cerah terlihat tiada ingin tumpah.

Selaku sajak kau di bunuh kehampaan kebodohan. Membuat jiwa bergetar. Waktu ini sorot mataku tak berkedip menatapmu. Serasa ada benda tajam mengalir dalam darah. Selang banyak nan bercerai berai. Tidak mengerti kerakyatan. Saat ini di pimpin oleh wakilnya. Mulai benci keadilan sosial. Sekarang telah hilang satu demi satu.

(Pondok Petir, 31 Januari 2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun