Puisi : Edy Priyatna
Berbelanja beras serta lauk pauk. Harganya telah melonjak tinggi. Hingga selalu membuat sedih. Anak buah di desaku. Kini warnanya telah berubah. Hingga membuat ku terjaga. Hujan jatuh amat deras. Deretan rindu nan panjang. Mengelana tanpa arah. Membawa karya sastra.
Maklum bila membiarkan emosi. Bagai tak memiliki cermin untuk introspeksi. Kini kembali ku tatap langit. Warna dan garisnya tetap sama. Merah tak nyata lagi. Walau air terlihat reda. Akhirnya di tawarkan kepada para orang besar. Di beli dengan harga lebih tinggi lagi. Hasilnya ketika masanya di lewati. Mulai memicu hujan nan banyak.
Seketika saja telah larut. Nampak ada pendar cahaya. Namun tak ku lihat rembulan. Ekormu berada di ujung samudera. Berputar membawa suhu panas. Membuyarkan awan hitam. Kesenyapan gelap malam. Hanya berkawan mimpi. Saat ku dirikan akan ku buat pondasi kokoh. Bentang terdiri dari batu cadas.
(Pondok Petir,11 Januari 2019)