Puisi : Edy Priyatna
Keadaan ini aku baru sadar. Sudah pernah terjerumus. Terlalu jauh kedasar hatimu. Menelusuri sawah hijau. Menyeberangi sungai bening. Melintasi hutan belantara. Bukit gunung menjulang. Awan putih langit biru. Kembang tengkuk jantung.
Jiwa masih tak yakin. Begerak masuk ke semua urat nadiku. Meleleh ke seluruh nafasmu. Tak pernah ku pikirkan luka. Bilamana maut menjemput. Tiada seorangpun mampu menolak tuk turut. Tubuh menggigil penuh rasa takut. Tak berdaya melawan malaikat maut. Tanggal ini aku telah terjerumus.
Terlalu jauh kedasar hatimu. Kau sangat menyenangkan. Jalan sunyi nan berliku. Sebelum mengalir pahit. Di sisi rel kereta tepi sawah luas. Pengujung jalan ini. Sesaat jiwaku terasa sarat. Entah mengapa tubuhku menjadi berat. Apakah ini dinamakan sekarat.
Bungamu sangat harum. Musim ini aku tak dapat kembali. Karena telah terlalu jauh. Memasuki tempuh hatimu. Tanpa tahu di mana akhirnya. Atau hingga waktu tiada kita. Kemudian maut telah menjemput. Terlalu banyak dosa yang kuperbuat. Tanpa ada waktuku untuk bertaubat. Kemarin aku masih tertawa ria.
(Pondok Petir, 13 Desember 2018)