Puisi : Edy Priyatna
Menjalankan langkah kaki ke depan. Sebagai nasonalis sejati. Senantiasa memuja tubuhmu. Tak seperti embun di ujung rumput. Namun sebagai rasa tak berkesudahan. Hingga diri berharap. Jiwamu membakar cintaku. Tanganmu menyambut nafasmu. Waktu ini diam seribu bahasa. Kemarin aku masih berlari gembira. Hari ini berdiripun tak kuasa. Semalam aku masih menulis cerita. Tanpa terbalut sehelai benangpun. Tampak buah ranum menantang telanjang. Meronta mengelak menggelinjang. Ketika kelopak keriput di belai puisi. Lalu tangan menyusuri kembang. Sungkap ini menggerakkan jaripun aku tak bisa. Tubuhku terbujur kaku tak bernyawa. Tak pedulikan jerit tangis mereka. Membawaku menuju peraduan terakhir raga.
(Pondok Petir, 12 Desember 2018)
Â