Puisi : Edy Priyatna
Demi kutatap matamu
tergambar ada cinta tertahan
menanti indikasi luapan mendung
tanpa terucap peluklah daku
Engkau selalu memiliki matahari
nan mencari sajak indah
untuk kusunting sebagai hiasan kata
pada tiap lekuk cantiknya
Leburkan aku dalam hujanmu
sebuah kebimbangan di depan pintu hati
nan masih terkunci rapat
ketika kita memegang lilin
Senggat melahirkan berahi sepanjang hari
setiap malam ku cumbu dengan senandung
alunan gita lembut nan merdu
ketika pagi menjelang ku peluk dengan puisi
Kolaborasi akhir waktu lalu
ketika itu aku tahu kau tak tahu
telah datang rintik kesejukan
terbaring di atas mega kelabu
(Pondok Petir, 22 Oktober 2018)