Semat jam di dinding terus berputar
tak pernah berhenti
hari pertama mulai berkesan
penantian mendebarkan hati
menyentak rasa suka citaku
Sadarlah dengan nyawa kebahagiaan
lupakan keresahan dan keonaran
bercahayalah demi keseimbangan
cerahlah serupa senyum matahari
menggunakan kedamaian jiwa
Sesudah menjadi penolong
nan dahulu telah berjuang
kini sudah pernah mewarisi
janji beradulah sebentar
sumpah senantiasa bergema
Sikunya amat tajam
lampas goresan hitammu
menusuk dan membakar serupa pedar
membuat kobaran api sepi menjadi kelam
selaku keindahan hati
Sedikit hati selalu putaran itu
geraknya begitu cepat
padahal belum sempat berkata maaf
bagi mereka semua
kesalahan melimpah dalam hidup
Sawah kuning di ladang hijau
tanah merah berlapis coklat
lapisi abumu dengan jingga
lalu hujanlah untuk melepas kerinduan
seluruh kesejukan lingkungan
(Pondok Petir, 24 Mei 2018)