Apakah Indonesia benar-benar bisa menjadi negara maju di 2045, sementara korupsi masih mengakar di berbagai sektor? Bagaimana mungkin kita berbicara tentang Indonesia Emas jika uang rakyat terus dikorupsi, seperti yang terjadi di Pertamina, di mana dugaan skandal korupsi merugikan negara hingga triliunan rupiah?
Menurut data Transparency International, Indeks Persepsi Korupsi (CPI) Indonesia pada tahun 2023 hanya berada di angka 34 dari 100, dengan peringkat ke-115 dari 180 negara. Skor ini menunjukkan bahwa korupsi masih menjadi masalah serius yang menghambat kemajuan negara. Jika dibandingkan dengan negara-negara yang telah maju, seperti Singapura (skor CPI 83), jelas bahwa korupsi adalah salah satu penghalang utama bagi Indonesia untuk mencapai status negara maju.
Korupsi: Penghambat Pembangunan dan Kesejahteraan
Korupsi bukan hanya sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga penghancur harapan. Setiap rupiah yang dikorupsi berarti berkurangnya anggaran untuk pendidikan, infrastruktur, dan kesehatan. Dalam kasus korupsi Pertamina, misalnya, uang yang seharusnya digunakan untuk memperkuat sektor energi dan kesejahteraan rakyat justru mengalir ke kantong segelintir orang.
Studi dari World Bank menyatakan bahwa negara-negara dengan tingkat korupsi tinggi cenderung mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, meningkatnya ketimpangan sosial, serta rendahnya kualitas layanan publik. Jika Indonesia tidak segera membenahi masalah ini, maka harapan untuk menjadi negara maju di 2045 hanya akan menjadi angan-angan belaka.
Pentingnya Etika dalam Mewujudkan Indonesia Emas
Korupsi berakar dari hilangnya etika dan moralitas dalam kepemimpinan serta budaya permisif dalam masyarakat. Banyak orang menganggap korupsi sebagai sesuatu yang lumrah, bahkan menjadi bagian dari sistem. Jika etika tidak menjadi nilai utama dalam kehidupan bernegara, maka kebocoran uang negara akan terus terjadi, dan rakyatlah yang paling dirugikan.
Seorang pemimpin yang beretika akan mengutamakan kepentingan rakyat, bukan memperkaya diri sendiri. Seorang pengusaha yang beretika akan membangun bisnis dengan transparan dan tanpa suap. Jika kita ingin melihat Indonesia benar-benar Emas, maka prinsip kejujuran dan tanggung jawab harus tertanam dalam setiap individu, terutama mereka yang memegang kekuasaan.
Anak Muda: Penentu Masa Depan Indonesia
Generasi muda adalah tulang punggung masa depan Indonesia. Jika mereka tetap diam dan ikut dalam sistem yang korup, maka perubahan tidak akan pernah terjadi. Tetapi jika anak muda berani mengambil sikap, menolak korupsi, dan memperjuangkan transparansi, maka ada harapan untuk Indonesia yang lebih baik.
Saat ini, anak muda memiliki teknologi dan akses informasi yang luas. Media sosial bisa menjadi alat untuk mengawasi, mengkritisi, dan mengungkap praktik-praktik korupsi. Generasi muda harus aktif dalam politik dan kebijakan publik, bukan hanya menjadi penonton, tetapi menjadi pelaku perubahan.