Mohon tunggu...
Entat Maryati
Entat Maryati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kekayaan Nusantara

21 Oktober 2018   05:21 Diperbarui: 21 Oktober 2018   05:49 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar terkait (infobatik.id)

JLA Brandes, seorang filolog sekaligus arkeolog berkebangsaan Belanda, mengatakan, jauh sebelum ada kata Indonesia, nusantara sudah mengenal 10 unsur kebudayaan, salah satunya adalah membatik. 

Pendapat Brandes tersebut kemudian diperkuat dengan ditemukannya panel sebuah motif pada Candi Prambanan dan Borobudur. 

Motif pada dua candi tersebut diyakini oleh peneliti sejarah merupakan motif batik. Jika merunut pada penemuan tersebut, kebudayaan batik sudah ada di nusantara sekitar abad ke-8.

Berbeda dengan negara lain, seperti Timur Tengah dan India, Indonesia memiliki istilah sendiri untuk menjelaskan kebudayaan mewarnai pakaian, yaitu batik. 

Secara etimologi, kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, yaitu "ngembat" dan "titik" yang secara harfiah dapat diartikan membuat titik (membuat gambar). 

Berdasarkan perkembangannya, kegiatan membatik bisa dilakukan dalam dua cara, yaitu batik tulis dan batik cap.

Jauh sebelum ditemukannya tehnologi batik cap, kegiatan membatik hanya dilakukan oleh perempuan. 

Kegiatan membatik dilakukan untuk mencari penghasilan tambahan, sambil berupaya untuk mempertahankan kebudayaan yang dianggap memiliki nilai adiluhung tersebut. Serat Centhini juga menggambarkan cara perempuan Jawa membatik dengan menuliskannya menggunakan canting, yang hingga kini dikenal dengan istilah batik tulis.

Tehnik batik tulis memiliki beberapa tahapan. Tahapan membuat batik tulis dimulai dengan membuat pola di atas kain yang akan dibatik. Pola yang sudah terbentuk tersebut kemudian ditulis dengan menggunakan canting. 

Tahap ini disebut dengan klowongan. Setelah pola batik berubah menjadi klowongan, pola tersebut lalu diarsir. Tahap ini disebut dengan isen-isen. Setelahnya, diisi warna penuh, yang dinamakan tahap nembok. Kain yang sudah dibatik tersebut lalu direndam untuk memberi kesan warna sesuai yang diinginkan.

Dahulu, proses pewarnaan batik masih menggunakan bahan-bahan alami yang bersumber dari daun, batang, hingga akar-akaran dari berbagai jenis tanaman, seperti pohon nila, pohon soga tingi, kayu tegeran, kunyit, kesemumba, dan akar mengkudu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun