Sosok Ibu Kartini yang menginspirasi, tanpa perjuangan beliau mungkin kita sebagai wanita masa kini tak bisa menghirup bagaimana rasanya mengenyam di berbagai pendidikan tinggi. Bagaimana berdiskusi ringan dengan lawan jenis, tanpa ada tingkatan bahwa laki-laki lebih dipilih dan diterima pendapatnya.
Ibu Kartini menuntut hak perempuan agar mendapat pendidikan yang sama seperti laki-laki, bukan untuk menyaingi laki-laki. Beliau juga paham bahwa kodrat perempuan adalah menjadi ibu bagi putra-putri masa depan. Maka dari itu, menjadi ibu tidaklah mudah yang hanya menghasilkan anak, bisa macak dalam bahasa jawanya, dan mahir dalam memasak.Â
Menjadi perempuan adalah sebagai panutan untuk putra-putri masa depan, memberi asupan untuk kehidupan idaman, menjadi perempuan tidak hanya menyenangkan suaminya diranjang, menjadi perempuan baiknya kita bisa mendominasi sebagai perempuan yang multiperan.
Agar mencetak putra-putri bangsa tidak awam ketika diterpa dalam berbagai keadaan, lebih-lebihnya menjadi perempuan harus mengetahui bagaimana menjadi menyenangkan bagi sektar. Untuk kehidupan yang semakin berkembang, perempuan tidak bisa harus dirumah terus, mereka adalah tonggak utama para laki-laki agar semangat dalam berkerja, saling bertukar pikiran, saling topang-menopang saat keadaan susah maupun senang.
Menjadi seorang ibu rumah tangga yang selalu dipingit dirumah juga pekerjaan yang begitu mulia, namun tidak berarti ibu rumah tangga tidak mengetahui bagaimana cara proses mendidik anaknya.Â
Karena kita juga hidup pada era globalisasi, kita perempuan juga perlu pendidikan yang lebih agar bisa mengetahui bagaimana proses mendidik putra-putri, memahami apa saja yang dipersiapkan untuk bekal pendidikan sejak lahirnya putra-putri sampai mereka menjadi seperti kita pada saat menjalani hidup dalam kisah remaja, sampai dewasa.
Berterima kasihlah pada Ibu Kartini, yang telah sudi dan menjadi salah satu pelopor perempuan pada zaman dimana kita harus mengikuti berbagai tradisi. Karena kehidupan alurnya maju kedepan, bukan kebelakang. Semakin hari semakin modern, tradisi apa yang masih dan baik untuk menjadi panutan, baiknya kita kembangkan.Â
Tradisi apa yang mempersulit, bahkan tidak harus kita realisasikan, baiknya hanya perlu dikenang. Cara berterima kasih dalam perayaan hari Ibu Kartini tidak harus memakai kebaya, pawai ditengah jalan dan sebagainya. Walau dengan keadaan yang masih diera pandemi.Â
Mari kita merayakan bulan emansipasi dengan menyanyikan lagu kebangsaan "Ibu Kita Katini" cukup didalam hati, dengan sejenak mengheningkan cipta, mendo'akan untuk segala hal kebaikannya, perjuangannya untuk perempuan nusantara, mengenang dan menjadi perempuan multiperan yang mengasyikkan tanpa keluar dari kodrat yang tidak harus kita kerjakan, menjadi perempuan yang menjunjung tinggi kehormatan, menjadi anggun, menawan, dan menjadi panutan untuk putra-putri masa depan.
Jangan pernah merasa menjadi perempuan itu susah dan tidak menyenangkan, jangan merasa menjadi perempuan itu sial. Kamu adalah makhluk Tuhan yang paling indah dan menyenangkan.Â
Didalam rumah kau menjadi ibu bijak untuk anak, diluar rumah kau menjadi perempuan tangguh menginspirasi sekitar, diranjangpun kau menjadi perempuan utuh yang selalu indah dan menawan untuk suamimu dimasa depan.