Mohon tunggu...
ENNY Soepardjono
ENNY Soepardjono Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang senior citizen yang mencintai hidup dan mencoba bersyukur atas kehidupan itu sendiri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Tuhan, Mengapa Saya Kaya?" (God, Why am I Rich?)"

27 Agustus 2014   14:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:24 2067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14090182471029509175

[caption id="attachment_320968" align="alignnone" width="640" caption="knowgrow.blogspot.com"][/caption]

Setiap pagi, selain berdoa pagi sambil mengucap syukur atas karunia dan kasih yang tak terhingga yang telah diberikanNya, saya juga membaca renungan harian. Renungan harian merupakan kisah-kisah inspiratif yang membangkitkan semangat, dan dikaitkan dengan rasa syukur dari para penulisnya.

Demikian pula pada tgl 18 Agustus yl, saya membaca renungan dan kisah tentang seorang berkebangsaan Inggris, Dylan Wilk, bukan dari keluarga kaya, yang saat usianya 25 thn, menjadi salah satu orang terkaya di Inggris untuk kelompok usia di bawah 30 thn. Hobbynya mengoleksi mobil mewah sesuai mimpi masa kecilnya.

Sampai suatu hari, dia merenung karena biar pun sangat kaya, dia merasa hidupnya kosong. Dia bertanya kepada Tuhan "God, why am I rich ?".. Sampai akhirnya mengambil keputusan untuk menjual bisnisnya dan pindah ke Filipina, aktif membantu kaum miskin, dengan antara lain membangun rumah untuk keluarga-keluarga miskin atau pun korban bencana alam. Dia meraih kebahagiaan saat membantu kaum miskin, dan bukan pada saat masih terjun sebagai pengusaha dan berkelimpahan uang.

Katanya "I learned to know the difference between pleasure and happiness". Menurut saya, yang dimaksud "pleasure" (kesenangan) hanya bersifat sementara, sedangkan "happiness" (kebahagiaan) bersifat abadi selamanya.

Seperti saya, saat saya membeli barang kesukaan saya, tas contohnya, rasanya senang banget. Pada saat ada tas lain yang memikat hati saya, saya lupa tas saya yang tadinya saya sukai tersebut. Jadi, rasa senang saya, hanya sementara.

Berbeda pada saat saya bisa membantu ART / Asisten Rumah Tangga saya untuk mengambil kursus Food and Beverage, dan kemudian bisa bekerja di suatu restoran cepat saji yang terkenal, saya merasa bahagia sampai sekarang.

Menurut saya, tidak ada salahnya menjadi kaya, asal bukan dari hasil korupsi atau kejahatan lainnya. Seperti halnya dengan kisah Dylan Wilk tsb, kekayaannya tsb bisa dimanfaatkan untuk membantu kaum miskin.

Berdasarkan pengalaman saya, kita bisa menjadi bahagia dengan :

1.. berbagi atau membantu, tidak selalu harus berbagi kekayaan seperti di atas, namun bisa berbagi ilmu, tenaga, dll.

2.. memberi dan meminta maaf. Memberi maaf lebih sulit daripada meminta maaf. Saat Anda menginjak kaki seseorang, Anda dengan mudahnya meminta maaf, namun apakah demikian kalau Anda yang  diinjak kakinya ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun